Lupakan Sejenak Pelajaran Sekolah
Halo semuanya! Lama tak berjumpa. Maklum, waktu sudah berjalan begitu cepat, sehingga berbagai ujian maupun latihan ujian pun muncul satu per satu di depan mata, menunggu untuk dikerjakan. Tentu saja itu terjadi padaku, karena saat ini adalah waktu yang tepat bagiku untuk benar-benar serius dan menyelesaikan seluruh pendidikan Sekolah Dasarku. Walaupun begitu, untuk mengisi waktu lengang, daripada stress berkepanjangan karena otak hanya berisi angka dan huruf, maka kami memutuskan untuk sedikit berlibur. Liburan itu dalam bentuk kunjungan ke rumah salah satu romo yang tentu saja cukup mengenal kami dan merupakan salah satu tangan kanan dari Uskup Aloysius di Palembang.
Oke, tanpa basa-basi, kita akan langsung membahas liburan “kecil” ini. Pada waktu itu, hari sudah mulai pagi. Begitu mataku terbuka, otakku mencoba mengingat beberapa hal penting. Setelah beberapa waktu, aku akhirnya mengingat semuanya. Hari itu hari Minggu. Bukan hari Minggu yang biasa, namun Minggu kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem. Aku membayangkan, di sana berpuluh-puluh orang menyambut-Nya dengan daun palma di tangan. Sungguh suatu kemeriahan yang cukup menyenangkan. Karena demikian, maka Minggu itu disebut Minggu Palma. Minggu Palma juga merupakan hari yang benar-benar mengawali Trihari Suci.
Untuk menyiapkan Misa Minggu Palma yang dimulai pukul 9, setelah bangun aku langsung mandi. Air dingin mengguyur seluruh tubuhku. Setelah misa Minggu Palma, kami berencana akan langsung ke rumah romo tersebut. Baju dan parfum sudah melekat di tubuh kami semua. Itu menandakan bahwa kami sudah siap untuk berangkat Misa Minggu Palma. Bunyi mesin mobil terdengar, gerbang rumah dan garasi pun ditutup. Dengan segera, kami pun melaju cukup kencang. Gereja adalah tujuan kami. Begitu kami sampai disana, sekitar 10 menit sebelum misa dimulai, hampir seluruh tempat duduk diisi. Umat tentu saja berebut kursi dengan cara datang mendahului umat-umat yang lain. Karena demikian halnya, kami pun mencari tempat duduk di luar gereja. Begitu misa dimulai, kami dan umat yang lainnya turut mengikuti misa dengan khidmat.
Satu setengah jam terlewati dengan cukup cepat. Sekarang, waktunya kami untuk keluar dari area gereja dan berkunjung ke rumah romo tersebut. Namun, sebelum itu, kami tentu saja sarapan terlebih dahulu. Itu semua kami lakukan agar kami tidak pingsan kelaparan di tengah-tengah perjalanan. Kami akhirnya memilih untuk makan soto. Uniknya, begitu kami sampai di sana, memesan, dan sudah makan dengan lahap, seorang guru komuni pertamaku menghampiri kami. Ternyata beliau juga mempunyai rencana yang sama dengan kami! Makan soto! Dengan segera, kami bertukar sapa dan berbincang-bicang sambil memakan soto yang sudah kami pesan masing-masing. Lebih uniknya lagi, kami memberikan sebuah kejutan sekaligus hadiah bagi beliau. Apa itu? Dengan tanpa sepengetahuan guruku tersebut, ibuku membayar biaya soto kami bertiga sekaligus guru komuni pertamaku tersebut. Begitu ibuku memberi tahu tentang hal itu kepada beliau, guru komuni pertamaku tersebut sontak mengucapkan terima kasih.
Setelah kami berpamitan dengan guru komuni pertamaku tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke rumah romo. Namun, karena rumah romo tersebut berada di area pegunungan, maka tentu saja kami menghabiskan waktu yang tidak sedikit untuk berhasil sampai dengan selamat di sana. Seperti biasa, tipikal pegunungan, banyak sekali pohon-pohon yang menjulang tinggi, menemani kami dalam perjalanan yang cukup panjang. Sampai akhirnya, di ujung tujuan kami, terdapat jalan naik ke rumah romo tersebut.
Oke, tanpa basa-basi, kita akan langsung membahas liburan “kecil” ini. Pada waktu itu, hari sudah mulai pagi. Begitu mataku terbuka, otakku mencoba mengingat beberapa hal penting. Setelah beberapa waktu, aku akhirnya mengingat semuanya. Hari itu hari Minggu. Bukan hari Minggu yang biasa, namun Minggu kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem. Aku membayangkan, di sana berpuluh-puluh orang menyambut-Nya dengan daun palma di tangan. Sungguh suatu kemeriahan yang cukup menyenangkan. Karena demikian, maka Minggu itu disebut Minggu Palma. Minggu Palma juga merupakan hari yang benar-benar mengawali Trihari Suci.
Untuk menyiapkan Misa Minggu Palma yang dimulai pukul 9, setelah bangun aku langsung mandi. Air dingin mengguyur seluruh tubuhku. Setelah misa Minggu Palma, kami berencana akan langsung ke rumah romo tersebut. Baju dan parfum sudah melekat di tubuh kami semua. Itu menandakan bahwa kami sudah siap untuk berangkat Misa Minggu Palma. Bunyi mesin mobil terdengar, gerbang rumah dan garasi pun ditutup. Dengan segera, kami pun melaju cukup kencang. Gereja adalah tujuan kami. Begitu kami sampai disana, sekitar 10 menit sebelum misa dimulai, hampir seluruh tempat duduk diisi. Umat tentu saja berebut kursi dengan cara datang mendahului umat-umat yang lain. Karena demikian halnya, kami pun mencari tempat duduk di luar gereja. Begitu misa dimulai, kami dan umat yang lainnya turut mengikuti misa dengan khidmat.
Satu setengah jam terlewati dengan cukup cepat. Sekarang, waktunya kami untuk keluar dari area gereja dan berkunjung ke rumah romo tersebut. Namun, sebelum itu, kami tentu saja sarapan terlebih dahulu. Itu semua kami lakukan agar kami tidak pingsan kelaparan di tengah-tengah perjalanan. Kami akhirnya memilih untuk makan soto. Uniknya, begitu kami sampai di sana, memesan, dan sudah makan dengan lahap, seorang guru komuni pertamaku menghampiri kami. Ternyata beliau juga mempunyai rencana yang sama dengan kami! Makan soto! Dengan segera, kami bertukar sapa dan berbincang-bicang sambil memakan soto yang sudah kami pesan masing-masing. Lebih uniknya lagi, kami memberikan sebuah kejutan sekaligus hadiah bagi beliau. Apa itu? Dengan tanpa sepengetahuan guruku tersebut, ibuku membayar biaya soto kami bertiga sekaligus guru komuni pertamaku tersebut. Begitu ibuku memberi tahu tentang hal itu kepada beliau, guru komuni pertamaku tersebut sontak mengucapkan terima kasih.
Setelah kami berpamitan dengan guru komuni pertamaku tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke rumah romo. Namun, karena rumah romo tersebut berada di area pegunungan, maka tentu saja kami menghabiskan waktu yang tidak sedikit untuk berhasil sampai dengan selamat di sana. Seperti biasa, tipikal pegunungan, banyak sekali pohon-pohon yang menjulang tinggi, menemani kami dalam perjalanan yang cukup panjang. Sampai akhirnya, di ujung tujuan kami, terdapat jalan naik ke rumah romo tersebut.
Comments
Post a Comment