Posts

Showing posts from January, 2017

Lepas Bebas dari Orang Tua #15 - TAMAT

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang Pastoran Singkut. Tentu saja, tidak seperti pastoran-pastoran pada umumnya di Pulau Jawa, pastoran tersebut cukup sepi, bahkan damai. Kami berpetualang di mana-mana, sampai akhirnya puas dan berpamitan dengan Romo Nugroho untuk pulang ke kediaman kami. Jika kalian ingin melihat bagian lengkap dari sinopsis tersebut, kalian bisa lihat di serial sebelumnya. Sekarang, tentu saja, kita akan membahas sesuatu yang berbeda, namun masih satu tema, yakni liburan di Sumatera, nun jauh di sana. Tentu saja, jaraknya yang jauh membuat gaya hidup kami di Sumatera berbeda. Rata-rata makanan kami hanyalah daging saja. Maklum, di tempat kami tinggal tersebut, yakni di Tugumulyo (Mirasi) tersebut, banyak sekali ayam kampung dan bebek. Namun, keduanya bukan hewan unggas biasa. Keduanya mendapatkan makanan khusus, yakni makanan yang berupa dedak dicampur dengan teri sekaligus air. Tentu saja, racikan tersebut membuat kedua hewan unggas tersebut mempu

Tempat Angker Sekaligus Romantis! #14

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang perjalanan ke Singkut yang tidak singkat. Mengapa demikian? Karena pilihan jalan kami begitu buruk. Karena mengikuti prinsip kami pada waktu itu, kami malah memilih jalan yang pendek namun berlubang dan rusak parah! Mobil kami berjenis city car, bukan SUV (Sport Utility Vehicle), yang tentu saja tidak didesain untuk kondisi off-road. Jadi, duduk kami tidak enak, badan terasa cukup pegal. Untungnya saja, ayahku dan kami mempelajari sesuatu hal yang sangat berguna. Apa maksudnya? Jika kalian ingin melihat keseluruhannya, lihat serial sebelumnya. Sekarang, kita akan melihat kelanjutan dari perjalanan kemarin. Tentu saja, petualangan kami sekarang tidak kalah asyik dengan petualangan sebelumnya. Jika kalian penasaran, bacalah serial ini sampai akhir. Ketika kami masuk ke jalan yang di sampingnya ada Pasar Singkut, kami kemudian dipandu oleh Romo Nugroho untuk menuju ke Pastoran Singkut tersebut. Berbagai jalan tikus kami lewati untuk me

Jalan ke Singkut yang Tidak Singkat #13

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang pelanggaran “PAMALI.” Apa maksudnya? Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini banyak ormas yang melakukan perbuatan tidak terpuji, seperti yang sudah kita bahas pada serial sebelumnya. Namun gerakan-gerakan ormas yang tidak bertanggung jawab ternyata tidak mengganggu ketenangan dan keharmonisan umat beragama di Mirasi atau Lubuk Linggau secara umum. Itu adalah suatu keberuntungan bagi kami yang tentu saja berlibur di tempat tersebut, karena seluruh aktivitas kami tidak terganggu. Oke, kembali ke topik utama. Mengapa kami melanggar “PAMALI” tersebut? Kami tidak melakukan hal yang teledor, tentu saja. Namun untuk kepentingan bersama. Maksudnya? Tentu saja, karena banyak orang yang datang dari segala penjuru desa ke rumah kami sampai malam sekali, tentu saja kami juga merasa mempunyai keperluan untuk mengunjungi rumah-rumah tetangga yang lainnya. Selengkapnya, kalian bisa lihat di serial sebelumnya. Sekarang, tentu saja, kita akan memb

Begal pun Libur Natal #12

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang keharmonisan antar agama. Natal di rumahku, yaitu di Yogyakarta, memang sesuatu yang pribadi, bahkan tertutup. Tidak ada yang namanya open house. Tentu bukan untuk mendiskreditkan kelompok ormas tertentu, namun ada gerakan yang mengarah ke disintegrasi bangsa. Ormas tertentu tersebut membuat serangkaian aktivitas, atau pernyataan formal, untuk melarang berbagai atribut Natal. Kegiatan Natal bersama dengan agama non-Kristiani disebut sebagai tindakan yang sulit diterima oleh kelompok ormas tertentu. Tidak usah disebutkan namanya, bagi siapa saja yang melek huruf dan melek berita, pasti tahu siapa mereka. Suka atau tidak suka, gejolak suara kencang ormas tertentu juga sampai di Sumatera. Bahkan, dari penjelasan seorang mantan mahasiswa ayahku yang sekarang bertugas di Singkut, Jambi, sempat terjadi kekisruhan. Seorang karyawan hotel berbintang tiga di Jambi melakukan sebuah aksi “adu domba.” Hotel ini disebutkan dimiliki oleh seorang

Lubuk Kekacauan #11

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang kematian anjing kami tercinta, yakni Brendi. Dia sudah menemani kami, terutama keluarga besar di Mirasi (Tugumulyo) selama hampir setahun. Akhirnya, sebuah insiden mengambil nyawanya. Entah di mana dia sekarang, apakah dia di surga para binatang, atau surga seperti saat kita sudah meninggal? Tidak ada yang pernah tahu. Jika kalian ingin melihat cerita selengkapnya, silahkan baca serial sebelumnya. Sekarang ini, tentu saja, kita akan membahas sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih mendebarkan, yakni petualangan ke tempat “angker” itu sendiri, yang pernah kita bicarakan sedikit tentangnya, pada serial Angkernya Bulak Sidosari . Angker itu sendiri bukan berarti kita mengacu pada makhluk halus, namun keangkeran itu dibuat oleh manusia yang kebiasaannya sangat buruk, yakni merampas, atau lebih tepatnya membegal para pengendara sepeda motor. Memang, masalah keamanan menjadi persoalan yang sangat pelik untuk daerah Lubuk Linggau. Arti dari

Maaf, Bukan dari Golongan Kanibal! #10

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang anjing. Yang dimaksud anjing di sini bukanlah anjing biasa. Jika kalian pernah lihat anjing yang setia pada cerita Lima Sekawan yang bernama Tim, nah, seperti itulah anjing yang aku maksud. Mungkin ada beberapa perbedaan, namun kurang lebih sama. Sama cerdas dan sigapnya. Namun sayangnya, seperti yang sudah dibahas pada serial yang lalu, ada sebuah kejadian yang membuat nyawanya melayang. Walaupun begitu, kesan yang diberikannya sangatlah mendalam. Jika kalian penasaran melihatnya, silahkan baca di serial sebelumnya. Akhirnya, kami mencoba berunding untuk mendapatkan solusinya, mau “diapakan” mayat sang anjing alias Brendi. Terlihat tubuhnya yang masih hangat akan kehidupan, namun sudah tergeletak tak berdaya di tanah bersemen. Kami, yang merasakan betul-betul kehebatan dan pengabdian sang Brendi tentu saja memilih agar mayat Brendi dikubur ke dalam tanah. Namun, tentu saja, bagi sekelompok tertentu, daging anjing dinilai sebagai su

Yang Baik, Mati Muda #09

Pada serial sebelumnya kita sudah membahas tentang suatu daerah yang bernama Bulak Sidosari. Tentu saja, daerah itu istimewa. Tentu saja, istimewa bisa berujung dua hal. Hal pertama yakni positif alias baik. Hal kedua tentu saja negatif alias buruk. Nah, khusus Bulak Sidosari, sepertinya keistimewaannya cenderung ke buruk. Mengapa? Karena di daerah tersebut, para pengendara motor sering dibegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Apabila kalian ingin melihat keseluruhan kejadian yang menegangkan tersebut, silahkan baca serial sebelumnya. Sekarang, tentu saja kami sudah sampai tujuan akhir kami, yakni Tugumulyo. Di sana, aku bertemu dengan orang yang tentu saja sudah aku pernah kunjungi, kenal, dan sayangi. Terutama para saudara sepupuku yang umurnya tidak jauh dari aku. Karena kami berada di Tugumlyo selama sekitar dua minggu, maka kami akan menceritakan sepotong sepotong kejadian unik saja di sana. Sekarang, kita akan membahas sesuatu yang keren. Ada suatu kata yang kuken

Angkernya Bulak Sidosari #08

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang Jalan Lingkar Luar Lahat yang begitu kacau. Baik jalannya maupun keadaannya, yang membuat waktu kami untuk mencapai tujuan akhir kami semakin molor dan molor. Namun, hal itu tentu saja biasa dialami oleh pemudik yang menggunakan mobil, karena banyak hambatan yang tidak bisa diduga, seperti jalan rusak, macet, bahkan sampai kendaraan pun macet/mogok. Untung saja, ketidakberuntungan kami hanya berakhir sampai Lahat. Mobil kami akhirnya melaju kencang. Tetapi, dengan kecepatan rata-rata kamipun yang tergolong cepat itu, waktu kami untuk mencapai Lubuk Linggau masih tersisa empat jam lagi. Itu merupakan waktu yang sangat lama. Karenanya, aku mengantuk dan jatuh tertidur di dalam mobil. Gara-gara tertidur, aku tidak bisa mengamati keadaan di luar dan hanya bisa mendengar cerita orangtuaku. Setelah menurunkan Pak Bagong di Jalan Utama menuju Jambi dan tentu saja mengucapkan banyak terimakasih padanya, ayahku menancap gas menuju kediaman

Insiden Lahat #07

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang Makanan Padang di Pulau Sumatera. Tentu saja, Makanan Padang di Sumatera lebih mahal daripada Makanan Padang di Pulau Jogja. Selain itu, lidah kami, yakni orang Jawa, merasakan ada ketidakcocokan Makanan Padang asli Sumatera dengan lidah kami. Namun, itu semua layak disyukuri. Mengapa? Karena makanan itulah yang membuat kami sehat walafiat hingga kini. Tentu saja, setelah makan di Masakan Padang tersebut, kami membayar ongkos makanan yang terbilang mahal dibandingkan dengan Jogja. Lalu kami memasuki mobil dan Pak Bagong segera menjalankan mobil. Beberapa jam (atau menit?) kemudian, kami sampai di suatu daerah yang memang seharusnya kami lewati pada waktu itu, yakni Lahat. Namanya memang sedikit aneh, mengingatkanku pada lumpur hisap, entah mengapa. Namun, yang kita permasalahkan di sini bukanlah namanya, namun daerah yang berada di dalamnya! Memang, ada apa sih dengan daerahnya? Pada waktu itu, kebetulan sekali, ayahku bergantian m

Persoalan Mengelola Lidah #06

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang macet yang berjamaah di Simpang Meo. Macet itu memang menyebalkan. Apalagi macet “istimewa” yang terjadi di Simpang Meo. Terdapat 1066 orang yang juga “menikmati kemacetan” bersama kami (perkiraan kami), dan selama 5 jam kami terjebak dalam kemacetan tersebut, hanya karena truk terguling dan beberapa kecelakaan kecil setelahnya. Namun, gara-gara angka yang bombastis itu, kami justru merasa lega karena kami menyadari bahwa tidak hanya kami yang menanggung beban tersebut. Sekarang, tentu saja, kami sudah bebas dari kemacetan berjamaah tersebut. Karena terjebak macet dalam waktu yang sangat lama, tentu saja perut kami mulai keroncongan. Sedangkan pilihan kami hanyalah masakan Padang. Masakan Padang menjadi salah satu makanan menu utama di Pulau Sumatera. Walaupun Masakan Padang berasal dari Sumatera Barat, namun kepopulerannya menjalar di seluruh Pulau Sumatera dan sekitarnya, sehingga di seluruh penjuru di Pulau Sumatera yang kami pe

Penderitaan Berjamaah Bersama 1066 Orang #05 (Edisi Spesial)

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang hidayah yang menginspirasi munculnya resep Kopi Arab. Ternyata, dugaan kami semua tentang Kopi Arab salah. Sebenarnya, apa itu Kopi Arab? Kita semua akhirnya sudah mengetahui jawaban pada serial sebelumnya. Sekarang, kita akan membahas sesuatu yang lain. Tepatnya adalah lanjutan dari serial kemarin. Begitu puas dengan cerita sang penjual dan Kopi Arab yang enak itu, tentu saja terkecuali denganku karena aku meminum susu dan bukannya kopi, kami akhirnya memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju ke Mirasi (tujuan akhir di Kabupaten Musirawas). Dengan segera, kami berpamitan dengan sang penjual, dan kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan yang masih panjang tersebut. Kami tidak terlalu lama menghabiskan kopi. Paling hanya 30 menit. Kami masih harus menyusuri Kabupaten Martapura dan Baturaja. Pengaruh Kopi Arab tampaknya membuat Pak Bagong sebagai sopir menjadi lebih segar. Dengan segala kelincahannya, mobil pun mel

Hidayah Kopi Arab #04

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang perjalanan dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni dengan kapal yang besar, yang tentu saja bisa mengangkut puluhan mobil pribadi dan angkutan umum! Sekarang, kami sudah agak jauh meninggalkan Pelabuhan Bakauheni. Bahkan, tidak hanya Pelabuhan Bakauheni, namun telah melewati Provinsi Lampung! Tepatnya, kami baru saja memasuki Kabupaten Martapura, Provinsi Sumatera Selatan. Kemarin, kita sudah membahas sedikit tentang Kopi Arab. Sebenarnya, Kopi Arab itu apa sih? Apakah kopi benar-benar berasal dari Arab? Atau hanya namanya saja supaya para pembeli tertarik? Atau itu hanya singkatan dari kopi yang selama ini kita kenal, yakni Arabika? Pertanyaan itu segera terjawab setelah kalian membaca serial kali ini. Pada waktu itu, Pak Bagong segera memarkirkan mobil kami di depan “Warung Kopi Arab” tersebut. Warung itu telihat kecil dan biasa, seperti warung pada umumnya. Yang membedakan adalah menu yang disediakan oleh warung tersebut, y

Selepas Lampung, Masih Empat Kabupaten Lagi #03

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang perjalanan yang mengasyikkan menuju Pelabuhan Merak dari Jogja. Tentu saja, perjalanan itu tidak monoton dan diwarnai dengan pengalaman yang tidak tergantikan. Apabila kalian ingin membacanya, bacalah serial sebelumnya di blogku ini. Sekarang, kita akan melanjutkan serial yang kemarin. Begitu kapal sudah merapat ke dermaga di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, kami segera turun dari ruang pengunjung ke tempat parkir mobil. Tetapi, begitu kami melihat tempat parkir mobil, kami begitu terkejut bahwa tempat parkir tersebut sangatlah sesak oleh mobil. Mobil kami termasuk kelompok pertama yang memasuki kapal. Waktu kami menaiki tangga untuk memasuki kabin penumpang, ruang untuk parkir mobil memang masih banyak yang kosong. Begitu turun, ternyata sudah ada banyak sekali mobil. Untunglah, cara kerja lalu lintas keluar kapal dibuat sangat canggih. Yang masuk pertama, akan keluar pertama juga. Jadilah kami pun merupakan kelompok yang pertama keluar

Sempat Bersitegang #02

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang liburan natal dan tahun baru. Intinya, liburan tahun ini, yakni 2016-2017 berbeda dari yang sebelumnya. Mengapa? Karena, kami sekeluarga membuat semacam terobosan agar liburan kami tidak monoton, dengan cara liburan ke tempat yang jauh, sangat jauh dari rumah kami. Tentu saja, sebagai manusia, kita berhak mendapat liburan. Oke, karena itu adalah topik serial sebelumnya, maka kita akan tinggalkan saja pada serial kali ini. Namun, bukan berarti kita meninggalkan seluruhnya, namun hanya sebagian saja. Lebih tepatnya adalah, melanjutkan. Tentu saja, perjalanan dari Jogja ke Pelabuhan Merak bukan suatu hal yang sepele. Kami butuh ketahanan jiwa dan mental, terutama ayahku yang menyopir mobil. Sebelum benar-benar berangkat dari rumah, kami berdoa dengan khusyuk. Kami benar-benar memohon pada Tuhan Yang Mahakuasa untuk melindungi kami agar sampai di Lubuk Linggau dengan selamat. Begitu doa itu berakhir, kami semua mengunci seluruh pintu

Bagi-Bagi Tugas #01

Selamat Natal dan Tahun Baru Semua! Tak terasa, satu tahun sudah kita lewati dengan selamat sentausa berkat Tuhan yang menyertai. Tentu saja, natal dan tahun baru identik dengan liburan. Biasanya, liburanku tidak heboh-heboh amat. Paling menyenangkan ke rumah nenek di pegunungan Menoreh di sudut barat Provinsi Jogjakarta, atau mungkin keluar rumah makan bersama kedua orangtuaku. Benar-benar liburan yang biasa dibandingkan dengan teman-temanku yang tentu saja mempunyai “1001 cerita” dengan liburan mereka. Tetapi kali ini, liburanku berbeda dari yang sebelumnya. Kami sekeluarga akan pergi ke rumah nenek dari ibuku yang tentu saja tidak berada di Jogjakarta. Bahkan tidak pula berada di Pulau Jawa, namun pulau tetangga, yakni Pulau Sumatera. Lebih tepatnya di Sumatera Selatan, Lubuk Linggau. Tetapi bukan itu yang paling mengejutkan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kami dapat mencapai jarak sejauh itu hanya dengan mobil! Bagi ayahku yang bukanlah seorang sopir ahli, itu merupakan sua