Angkernya Bulak Sidosari #08

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang Jalan Lingkar Luar Lahat yang begitu kacau. Baik jalannya maupun keadaannya, yang membuat waktu kami untuk mencapai tujuan akhir kami semakin molor dan molor. Namun, hal itu tentu saja biasa dialami oleh pemudik yang menggunakan mobil, karena banyak hambatan yang tidak bisa diduga, seperti jalan rusak, macet, bahkan sampai kendaraan pun macet/mogok. Untung saja, ketidakberuntungan kami hanya berakhir sampai Lahat. Mobil kami akhirnya melaju kencang. Tetapi, dengan kecepatan rata-rata kamipun yang tergolong cepat itu, waktu kami untuk mencapai Lubuk Linggau masih tersisa empat jam lagi. Itu merupakan waktu yang sangat lama. Karenanya, aku mengantuk dan jatuh tertidur di dalam mobil. Gara-gara tertidur, aku tidak bisa mengamati keadaan di luar dan hanya bisa mendengar cerita orangtuaku.

Setelah menurunkan Pak Bagong di Jalan Utama menuju Jambi dan tentu saja mengucapkan banyak terimakasih padanya, ayahku menancap gas menuju kediaman keluarga saudara sepupuku. Mengapa kami tidak membawanya sekalian di tujuan akhir kami? Karena tentu saja, keluarga saudara sepupuku tersebut tidak bertempat tinggal di Tugumulyo (Mirasi), namun di dalam Kota Lubuk Linggau.  Hanya sekedar pengetahuan, Lubuk Linggau ternyata bukan ibu kota Kabupaten Musi Rawas! Lubuk Linggau hanya sekedar Pusat Perdagangan dan Ekonomi dari Kabupaten Musi Rawas itu sendiri. Sedangkan, yang menjadi Kota Administrasi dan sebagai kantor tempat bupati bertempat adalah Muara Beliti. Tentu saja, peraturan itu tidak berlaku di tempat kami bertinggal, yakni Jogjakarta. Kota Jogja merupakan pusat pemerintahan provinsi dan kotamadya, sekaligus sebagai pusat perdagangan! 

Dengan panjangnya jarak tempuh yang kami jalani, aku jadi curiga. Kabupaten Musi Rawas ternyata sangat luas. Kecurigaan itu ternyata benar adanya. Setelah mempelajari informasi dari Wikipedia, terbukti bahwa Kabupaten Musi Rawas berukuran 4 kali lebih besar daripada Provinsi Jogjakarta! Bayangkan itu. Jika kalian tidak puas dengan perhitungan sederhana itu, mari kita buktikan dengan data. Kabupaten Musirawas memiliki luas 12.134,57 km2, jumlah itu lebih besar dari luas Provinsi Jogjakarta yang memiliki luas hanya 2.134,57 km2! Provinsi DIY dengan empat kabupaten dan satu kotamadya itu hanya seluas 26% dari sebuah Kabupaten Musi Rawas! Itu sangat luar biasa luas. Hal itu menjadi bukti bahwa Provinsi Jogjakarta adalah salah satu provinsi terkecil di Indonesia. Sayangnya yang menjadi provinsi terkecil adalah Jakarta, yang juga sekaligus mendapat “gelar” provinsi terpadat. Namun, provinsi yang lebih kecil daripada sebuah kabupaten itu masih menimbulkan kekaguman padaku karena aturan yang berlaku mengatakan tingkatan provinsi lebih tinggi dari kabupaten.

Oke kembali ke topik awal. Pada waktu itu, kami sudah sampai di rumah saudara sepupuku tersebut dan bersih-bersih badan. Pertama kali dalam waktu 40 jam, badan kami terkena air yang segar. Sungguh luar biasa. Setelah mandi, kami disuguhi sedikit pempek, makanan khas Sumatera yang terkenal enaknya. Dengan rasanya khas yang disertai dengan cuka yang pedas, kami menikmati makanan tersebut. Akhirnya, setelah beberapa lama kemudian, kami memutuskan untuk berpamit dan melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir kami, yakni Tugumulyo yang berjarak kurang lebih 28 km dari tempat kami berada sekarang.

Mandi dan makan memang menyenangkan. Keduanya membuat tubuh damai, bersih, nyaman, dan tentram. Namun gara-gara terlalu nyaman, mata terasa berat. Mungkin tidak terlalu berpengaruh untukku. Namun jika efek itu berpengaruh pada ayahku, tentu saja menjadi bahaya. Apalagi pada waktu itu, tempat yang kami lewati merupakan tempat yang sering menjadi sasaran pencurian kendaraan bermotor, yang tentu saja bernama Bulak Sidosari. Mungkin gara-gara tempat itu yang terkenal “angker” maka ayahku mendapatkan kekuatan dan mencoba untuk menyetir mobil lebih baik lagi. Akhirnya, kami sampai juga di TKP! Aku tentu saja masih ingat pada waktu itu. Dua rumah yang terpisahkan oleh satu halaman yang cukup besar. Di halaman itulah mobil kami diparkir. Ketika mobil memasuki area rumah, terdengar suara anjing menggonggong. Maklum, anjing memang salah satu hewan peliharaan yang cerdas, namun dia tidak cukup cerdas untuk mengenali kami sebagai sanak saudara tuan mereka. 

Bagaimana petualangan kami di Tugumulyo? Saksikan petualangan kami di serial selanjutnya! Kisah selanjutnya mengenai sesuatu yang menyentuh perasaan. Ada baiknya kalian menyiapkan tisu untuk menahan deraian air mata. Ini tentang kematian dari sosok cerdas yang akrab dengan diriku. Kematian akibat kecelakaan tragis di depan rumah ….

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Telapak yang Terkoyak