Lepas Bebas dari Orang Tua #15 - TAMAT
Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang Pastoran
Singkut. Tentu saja, tidak seperti pastoran-pastoran pada umumnya di Pulau Jawa,
pastoran tersebut cukup sepi, bahkan damai. Kami berpetualang di mana-mana,
sampai akhirnya puas dan berpamitan dengan Romo Nugroho untuk pulang ke
kediaman kami. Jika kalian ingin melihat bagian lengkap dari sinopsis tersebut,
kalian bisa lihat di serial sebelumnya. Sekarang, tentu saja, kita akan
membahas sesuatu yang berbeda, namun masih satu tema, yakni liburan di
Sumatera, nun jauh di sana.
Tentu saja, jaraknya yang jauh membuat gaya hidup kami di
Sumatera berbeda. Rata-rata makanan kami hanyalah daging saja. Maklum, di tempat
kami tinggal tersebut, yakni di Tugumulyo (Mirasi) tersebut, banyak sekali ayam
kampung dan bebek. Namun, keduanya bukan hewan unggas biasa. Keduanya mendapatkan
makanan khusus, yakni makanan yang berupa dedak dicampur dengan teri sekaligus
air. Tentu saja, racikan tersebut membuat kedua hewan unggas tersebut mempunyai
daging yang enak untuk dimakan dan tidak teracuni oleh bahan kimia seperti
konsentrat. Hal itu yang membuat makanan berupa daging ayam/bebek menjadi enak.
Nah, hal yang perlu diperhatikan adalah makanan yang
mempunyai kecenderungan untuk memiliki kadar lemak yang sangat tinggi. Maksudku
sangat tinggi itu adalah rata-rata makanan yang kami makan di sana. Sebenarnya
ayahku pernah menceritakan argumennya tentang itu. Karena pekerjaan kami di
sana kebanyakan adalah pekerjaan fisik, nutrisi dan kekuatan kami adalah di
makanan yang berupa daging-dagingan. Walaupun sering makan daging, namun di
antara keluarga kami semua tidak ada yang mengalami obesitas, karena kebutuhan
makan sepadan dengan pekerjaannya.
Selain soal makanan, aku juga mempunyai gaya hidup yang
baru. Sewaktu di Jogja, aku tidur bersama orangtuaku. Di sana aku tidur bersama
saudara sepupuku. Tentu saja, karena tidur bersama saudara sepupuku merupakan
hal yang menyenangkan. Mengapa demikian? Dengan tidur bersama saudara sepupuku,
aku mempunyai banyak pengalaman dan bisa bermain tanpa diawasi oleh kedua
orangtuaku. Itu adalah suatu hal yang sangat baik untukku. Dengan begitu, aku
juga memiliki kemandirian dan keberanian. Pengalaman paling unik yakni saat aku
dan saudara sepupuku begadang bersama, karena saat itu pakdheku dan saudara
sepupuku yang lain sedang membuat gua natal.
Apakah kalian tahu kami begadang karena melakukan hal apa? Jangan
kira kami membantu mereka membuat gua natal! Kami malah main sebuah game yang
asyik bagi kami, sampai kami menghabiskan energi untuk tertawa habis-habisan
dikarenakan game tersebut! Sungguh luar biasa. Setelah beberapa lama memainkan
game tersebut, akhirnya tenaga kami habis dan memutuskan untuk tidur bersama. Gua
natal terpaksa ditinggal karena belum jadi. Untung saja esok hari belum hari Natal,
jadi kami masih mempunyai waktu untuk membuat gua Natal tersebut dan bersukaria
sebelum hari Natal yang sibuk datang.
Barangkali kisah yang aku tulis ini bukanlah petualangan
heboh. Namun, hal-hal sekecil apapun, hal-hal sederhana atau biasa apapun,
ketika ditulis dan direnungkan, serta dimaknai secara luar biasa, pasti akan
berdampak luar biasa pula. Itu lah yang sering dipesankan oleh ayahku. Dengan menuliskan
hal-hal kecil dalam hidup keseharian macam ini, akhirnya mau tidak mau aku
terlatih untuk menyikapi hal-hal biasa dengan luar biasa. Aku belajar untuk
memperhatikan hal yang bisa jadi terlalu biasa untuk dituliskan. Ternyata, aku
juga bisa belajar untuk lebih banyak bersyukur. Ternyata aku bisa belajar untuk
melihat “sesuatu” dari hal-hal kecil dan biasa di hidup keseharian.
Adakah petualangan lain yang mesti aku bagikan hari berikut?
Tunggu saja seri selanjutnya.
Comments
Post a Comment