Enggan dijebak Kode - #12

Pada serial sebelumnya, kami sudah mendapatkan tiket tersebut walaupun tidak sesuai dengan ekspektasi kami. Mengapa? Kami mendapatkannya bukan karena memecahkan kode bendera sempahore dari kakak DP, namun karena kami tidak berisik, setidaknya lebih tidak berisik dibandingkan dengan regu lain di tempat itu. Lalu, sebelum kami pergi dan melanjutkan petualangan kami, terlebih dahulu kami berbaris bersama dengan dua regu lain yang juga ditunjuk. Seperti yang sudah kita ketahui pada serial sebelumnya, kami harus menunggu agar tidak terjadi kemacetan dalam “petualangan” yang sudah kakak-kakak DP siapkan untuk kami. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya kami diizinkan oleh kakak DP yang berada di situ untuk pergi. Ia menunjukkan sebuah gerbang keluar. Gerbang tersebut adalah tempat bagi kami untuk memulai petualangan. Sebelum kami benar-benar pergi dari tempat itu, kakak DP tersebut memberikan sebuah kode. Kode tersebut adalah 3 kertas dengan warna yang berbeda. Kertas tersebut sudah ditempel di setiap persimpangan, di mana kami membutuhkan arah. Setiap warna memiliki arti tertentu. Warna merah untuk belok kanan, warna kuning untuk lurus, dan warna hijau untuk belok kiri.

Dibandingkan dengan petualangan jelajah malam, petualangan kali ini bisa jadi lebih menantang, karena kami tidak memiliki pemandu jalan, namun kami harus cerdik melihat setiap kode yang tertempel.
Ketika kami berjalan keluar, aku melihat bahwa masih banyak regu yang menunggu di situ. Mereka harus menunggu dan sabar ketika dipilih untuk berpetualang. Terlepas dari itu semua, kami sudah bebas untuk berpetualang. Bersama dengan regu lain, kami mencoba untuk memecahkan apa yang sudah direncanakan kakak DP untuk kami. Ketika kami keluar dari area perkemahan, sadarlah kami bahwa kami berada di suatu padang rumput. Tempat yang sama ketika kami menjalankan tugas terakhir dari jelajah malam, yaitu KIM Pendengaran. Saat itu juga, kami menyadari bahwa mengetahui jalan bukanlah hal yang buruk juga, karena dengan menguasai jalan kita bisa menyelamatkan diri kita ketika tersesat dan semacamnya. Lanjut ke topik utama. Saat kami melihat ada tiang-tiang kecil dengan kain berwarna kuning, teman-temanku menduga itu adalah tandanya. Namun, aku dan beberapa dari kami tidak setuju, karena dengan jelas kakak DP tadi mengatakan bahwa tandanya adalah kertas yang berwarna, bukan kain.

Lalu, kami melanjutkan petualangan kami. Beberapa menit kami berjalan, jalan masih datar. Namun, jalan sudah tidak datar lagi ketika setelah itu. Kami pun mencoba untuk melewatinya dengan hati-hati. Jalan menurun dan menanjak kami lewati, karena kami sadar bahwa hanya tanda yang membolehkan kami untuk berbelok. Tiba-tiba, saat kami sampai di bawah jembatan yang besar, terdapat kode warna merah yang menandakan bahwa kami harus berbelok ke kiri. Jalan masih berupa tanah, namun semakin kami berjalan, kami semakin mendapati bahwa jalan tanah tersebut tersambung dengan jalan beraspal. Tanda warna kuning semakin meyakinkan kami bahwa kami harus menyeberang jalan aspal tersebut. Namun, kekhawatiran kami akan tertabraknya kami dengan mobil atau motor yang melaju habis, karena terdapat salah satu kakak pembina yang akan membimbing kami menuju seberang jalan. Sesampainya di seberang jalan kami berterimakasih kepada kakak pembina tersebut.

Kami sudah berjalan agak lama ketika kami melihat pos pertama. Tentu pos pertama di petualangan ini dibandingkan dengan pos di jelajah malam lebih menantang untuk ditemukan. Hal itu merupakan poin positif bagi kami untuk terus melanjutkan petualangan dan mengerjakan tugas di pos tersebut. Lalu, hal apa yang harus kami kerjakan di sana? Tetap saksikan kelanjutan cerita ini...

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT