Bukan Kelompok Jagoan - #05

Pada cerita sebelumnya, kami sudah melewati acara api unggun, pentas seni, dan hal lainnya yang terdapat di dalamnya. Sekarang, kami akan kembali berpetualang. Tentu saja, dasar dari Pramuka adalah mandiri. Mandiri dalam bekerja, mencari jalan, dan lainnya. Semua itu harus kami penuhi dalam kegiatan kemah kali ini. Kembali ke topik utama. Berpetualang. Berpetualang ke mana? Apa yang harus kami lakukan di dalam petualangan tersebut. Tentu saja, seperti yang sudah aku cantumkan di cerita sebelumnya, kami akan mengikuti petualang yang ditunggu-tunggu, yaitu jelajah malam! Jelajah malam tentu identik dengan makhluk halus, karena ketika hari sudah gelap, banyak yang percaya bahwa makhluk halus akan muncul. Jujur, aku tidak bisa melihatnya. Namun, hal itu lah yang membuatku bersyukur, karena jika aku bisa melihat mungkin aku akan ketakutan. Walaupun begitu, jelajah malam kali ini bukan hanya menguji keberanian melewati tempat yang sepi dan tidak dihuni manusia, namun juga menguji kejelian mata, insting, kerjasama antar anggota, dan tentu kepekaan kelima indera yang berada di tubuh kita.

Sesampainya di tenda, kami menyiapkan senter dan kertas HVS. Karena satu regu hanya diperbolehkan membawa 2 senter, maka kami membawa 2 senter kami yang paling terang. Senterku salah satunya. Lalu, kami semua, tidak hanya regu singa tentu saja, berkumpul di depan salah satu bangunan yang berada di situ. Sesampainya di situ, kami diminta oleh satu kakak DP untuk duduk bersila di bawah. Mengapa kami dikumpulkan terlebih dahulu? Nah, sebelum berangkat jelajah malam, kami harus memecahkan kode dari kakak DP tersebut. Kodenya tidak sembarangan, karena kode ini dibuat dan digunakan dalam kepramukaan. Kita sudah mengenalnya, namanya adalah kode morse. Kode morse yang akan diberikan oleh kakak DP ini adalah tiket bagi kami untuk jelajah malam. Setelah beberapa lama duduk dan menunggu, akhirnya kami mulai diberikan kode morse. Kami diperbolehkan untuk menuliskan kode morse terlebih dahulu di kertas HVS yang telah kami bawa.

Setelah kode morse selesai diberikan, kami mencoba untuk memecahkannya. Pertama kali, kami melihat buku saku terlebih dahulu. Kemudian, kami mulai memecahkan kata demi kata. Sambil memecahkan kata itu, kakak DP mengulangi lagi kode morse untuk mencocokkan kembali dengan yang sudah kami tulis. Namun, belum selesai kami pecahkan, soal sudah harus dijawab. Padahal, kami belum berhasil memecahkan soal itu! Beberapa regu berhasil memecahkan soal tersebut tepat waktu. Perwakilan dari mereka yang berhasil memecahkan soal tersebut langsung berebut maju ke depan untuk menjawabnya. Namun, kakak DP tersebut hanya membolehkan tiga regu yang menjawab pada pertanyaan pertama. Akhirnya, tiga regu yang terpilih berhasil dan pergi ke kakak DP yang lain untuk ijin berangkat jelajah malam. Lalu, pertanyaan kedua pun dikeluarkan. Kami mencoba untuk memecahkannya, namun seperti yang tadi, belum sempat dijawab sudah habis waktunya.

Akhirnya, kakak DP memberikan pertanyaan ketiga, dengan kata lain, pertanyaan terakhir! Dengan pantang menyerah, kami memfokuskan semua pikiran kami ke soal terakhir tersebut. Segera setelah kakak DP selesai memberikan pertanyaan itu, kami langsung mengerjakannya. Akhirnya, kami berhasil memecahkan soal itu. Namun, persoalan selanjutnya adalah, apakah jawaban yang benar dari soal tersebut. Tiba-tiba, salah satu teman kami yang mengetahuinya langsung berdiri dan ikut berebut dalam kerumunan regu yang ingin menjawabnya. Untungnya, dia berhasil menjadi perwakilan regu yang dapat kesempatan menjawab. Dan untungnya lagi, jawabannya benar! Sebenarnya, apakah pertanyaan dan jawabannya? Pertanyaannya adalah, “Sebutkan 3 TKU (Tanda Kecakapan Umum)!” sehingga jawabannya “Ramu, Rakit, dan Terap.” Itulah yang menjadi tiket bagi kami untuk mengikuti jelajah malam. Bagaimana petualangan jelajah malam kami? Saksikan kelanjutannya ya..

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT