Mendadak Percaya Diri - #04

Api unggun adalah hal yang paling menarik di dalam perkemahan menurutku. Mengapa? Karena di api unggun, terdapat macam-macam hal yang bisa membuat kita terpesona, misalnya pentas seni dan upacara api unggun. Terutama pentas seni. Kami semua yang berada di situ menunggu pentas seni. Mengapa? Tentu saja karena pentas seni adalah hal dapat mengungkapkan rasa kesenian dalam setiap anak. Kebetulan, pentas seni yang diselenggarakan kali ini adalah pertunjukan per pasukan. Pasukan yang aku maksud adalah kumpulan regu regu yang ada. Dua atau tiga regu dijadikan satu menjadi pasukan. Kebetulan, reguku masuk dalam Pasukan Pattimura. Hebatnya, kami sudah merencenakan dan melatih apa yang kami akan tampilkan, satu hari sebelum perkemahan, tepatnya pada hari Rabu.

Sebelum pentas seni dimulai, kami bersama-sama menyanyikan berbagai lagu nasional dan daerah di Indonesia sambil menyaksikan api unggun yang berkobar-kobar. Kobaran api unggun cukup tinggi, namun tidak terlalu tinggi untuk menyentuh daun di pepohonan. Kembang api, hasil dari pembakaran kayu tidak sempurna terlontar ke atas setiap saat, menghasilkan efek yang dramatis. Kami menyanyi cukup lama, namun dengan penuh semangat dan tepuk tangan. Waktu sekitar setengah jam kami habiskan untuk menyanyi, sehingga kami bahkan tidak sadar bahwa waktu tetap berjalan. Jam tanganku menunjukkan pukul 8 malam ketika pentas seni dimulai. Untung saja, Pasukan Pattimura bukanlah kandidat pertama yang ditunjuk ke depan. Namun, tetap saja kami harus menyiapkan mental dan pikiran. Mengapa? Karena tampil di depan 300 orang sambil menyanyi tidak akan membuat kami merasa nyaman. Walaupun begitu, kami tetap bersyukur karena kami tidak tampil secara individu, namun berkelompok. Setelah menunggu beberapa saat dengan jantung berdebar, akhirnya Pasukan Pattimura dipanggil juga ke depan. Dengan agak ragu-ragu, kami maju ke depan. Namun, setelah sampai di samping api unggun, kami mendadak percaya diri dan tidak takut dalam menghadapi 300 sorotan mata anak-anak.

Apa gerangan yang akan kami tampilkan pada malam itu? Tentu saja nyanyian dan puisi. Rencananya, kami memiliki semua orang dari Pasukan Pattimura untuk menyanyikan sebuah lagu “Hymne Pramuka” dan satu anak untuk membacakan puisi. Puisi tersebut diambil dari internet. Kami memilih puisi tersebut karena isinya yang sangat menyentuh hati. Tentu saja, bukan aku yang membacakan puisi tersebut, namun salah satu temanku yang berada di kelas 7C. Dengan berani kami memulai pertunjukan kami. Sebelum puisi dibacakan, terlebih dahulu kami menyanyikan “Hymne Pramuka.” Setelah itu, puisi pun dibacakan oleh temanku tadi. Kami mempertontonkan sesuatu yang bisa kami tunjukkan dengan maksimal, sehingga dapat membuat semua anak kelas 7, pembina, dan kakak DP terpesona. Lalu, setelah puisi selesai dibacakan, terdapat tepuk tangan yang terdengar dari seluruh penonton yang berada di situ. Kami merasa bangga, karena sudah berusaha dengan baik dalam pertunjukan pentas seni. Lalu, setelah itu, kami dipersilahkan oleh pembawa acara, yang dalam kasus ini adalah kakak DP, duduk di tempat kami.

Kami tidak berharap banyak, namun setidaknya kami sudah mengusahakan yang terbaik dari kami masing-masing. Lalu, pasukan demi pasukan dipanggil, mereka juga menunjukkan hal yang tidak kalah menarik dari kami. Kemudian, setelah selesai pensi, kami semua diperbolehkan untuk bubar dan mempersiapkan acara selanjutnya, yakni jelajah malam! Tentu saja, keasyikan dari jelajah malam tidak kalah dengan api unggun. Apalagi, aku yakin, semua peserta kemah paling menunggu acara jelajah malam. Kami diperbolehkan ke tenda sebentar untuk minum, lalu mengambil senter dan barang-barang lain yang sekiranya diperlukan. Lalu, apa yang kami lakukan selanjutnya? Tetap ikuti kelanjutan cerita ini ya...

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT