Bantuan yang Salah Kaprah #10 - TAMAT

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang kegiatan api unggun. Api unggun sebenarnya tidak jadi dilaksanakan karena cuaca yang sangat buruk. Namun, kami, regu laba-laba, tidak tahu bahwa sebenarnya api unggun masih dilaksanakan. Hanya saja, api unggunnya tidak dinyalakan. Kegiatan api unggun diganti dengan beberapa pementasan yang cukup membuat hati senang, seperti pementasan musik biola, angklung, pianika, dan gitar. Kami, perwakilan dari SD Kanisius Kalasan, tentu saja tidak mau kalah dengan sekolah lain. Kami menyiapkan satu pementasan yang cukup diapresiasi. Apabila kalian ingin membacanya, kalian bisa membaca di serial sebelumnya. Sekarang, kami sudah menjalani tiga hari yang cukup berat. Berbagai macam pengalaman kami jalani, namun kami masih berada dalam keadaan cukup prima berkat dukungan seluruh pihak di perkemahan tersebut.

Sebelum kami benar-benar pulang ke rumah, tentu saja, diadakan sebuah upacara penutupan. Upacara tersebut diadakan karena ada beberapa pengumuman yang belum tersampaikan. Lagipula, ada beberapa kategori-kategori yang masing-masing kampung mempunyai regu yang termasuk dalam kategori itu. Misalnya dalam kategori tenda terbaik atau regu tergiat. Akhirnya, kami bersiap-siap untuk upacara penutupan. Tentu saja, kami harus mengenakan baju pramuka yang lengkap, topi pramuka, dan seluruh kelengkapan pramuka yang lainnya, seperti hasduk, kaus kaki hitam, dan sepatu hitam. Setelah kami semua bersiap untuk upacara penutupan tersebut, kami berlari ke tempat lapangan. Kebetulan, lapangan tersebut tidak jauh dari perkampungan kami, yakni Kampung Merapi, jadi kami juga tidak terlalu capai begitu sampai di TKP. Akhirnya, kami baris per regu dalam satu kelompok besar kampung, dan menunggu upacara dimulai.

Akhirnya, terdengar suara pembawa acara mengatakan urutan-urutan upacara. Semua petugas upacara bersiap dan akhirnya upacara dimulai dengan resmi. Upacara berlangsung agak lama. Akhirnya, tibalah saat yang ditunggu-tunggu, yakni pengumuman kejuaraan. Jantungku sudah berdebar-debar rasanya, menunggu siapa yang menjadi juara dalam pengkategorian. Lebih menakjubkannya lagi, reguku menjadi regu paling giat di kampung kami, Kampung Merapi! Padahal faktanya, sepengetahuan kami, tidak ada yang istimewa dari regu kami. Regu kami biasa saja, bahkan kami mengira bahwa lebih banyak regu yang lebih baik dari kami. Namun, kami memang mampu melakukan hal yang mungkin memang tidak kami ketahui sehingga bisa mendapatkan juara.

Tentu saja, ketua reguku langsung maju ke depan dan mengambil hadiah yang sudah disediakan panitia, kemudian di foto bersama kakak pembina. Lalu, ketua reguku langsung kembali ke tempatnya dan mengambil posisi siap. Selain itu, beberapa kejuaraan juga di dapat, namun bukan sekolahku. Akhirnya, kami berkesimpulan bahwa apabila kami tidak mendapat gelar regu tergiat, maka sekolah kami benar-benar tidak mendapat kejuaraan tersebut. Wow, senangnya dapat berpartisipasi dan membanggakan nama baik sekolah!

Akhirnya, kami pun mengikuti upacara sampai pada bagian yang terakhir. Tentu saja, kami langsung kembali ke tenda untuk membongkarnya. Ternyata, tenda utama dan tenda barang sudah tak tampak lagi. Yang tampak hanyalah barang-barang kami dan tanah yang bolong-bolong saja. Itu artinya, orangtua kami sudah membongkar tenda! Itu memang meringankan beban kami, namun ternyata dalam prosesnya, orangtua kami dimarahi oleh panitia! Alasannya karena belum waktunya bongkar tenda. Di sini lah hal yang sulit untuk diterima. Hal baik yang dilakukan bisa dipahami sebagai hal yang salah. Kehendak orang tua kami dalam membantu anak-anak tentu tidak bisa diragukan lagi. Namun, kalau niat baik itu dijalankan dengan tergesa-gesa, dampaknya bisa sungguh tidak diharapkan. Bisa dibayangkan, beberapa orang tua hanya bisa geleng-geleng. Panitia datang dengan wajah memerah, penuh kemarahan. “Belum waktunya dibongkar kok sudah dibongkar? Siapa yang suruh?”

Untunglah, orang-orang tua kami pandai menyikapi keadaan. Kemarahan itu disambut dengan senyum.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT