Petaka Bebek Super Alot

Liburan identik dengan kegiatan yang menyenangkan. Bukan liburan namanya jika dinamika di dalamnya tidak ada yang menyenangkan. Namun terkadang, liburan juga dibumbui dengan hal-hal yang dapat membuat kurang senang atau justru sedih. Walaupun begitu, dari hal yang dapat membuat kurang senang, kita dapat mengambil hikmah tersendiri. Pada waktu itu, kami sekeluarga, aku dan kedua orangtuaku memutuskan untuk berlibur. Kegiatan kami sehari-hari membuat kami jenuh dan membuat kami merasa untuk perlu mencari liburan.

Anehnya, beberapa minggu terakhir, kami cukup sering berlibur di pantai. Yang lebih aneh lagi, orang yang mengusulkan untuk pergi berlibur di pantai adalah orang yang sebelumnya tidak terlalu suka dengan pantai, yaitu ibuku sendiri. Walaupun begitu, kami menjadi terbiasa dengan hawa dan pemandangan di pantai dan menikmatinya. Pantai yang kami kunjungi pada hari Minggu, 22 Oktober 2017 adalah Pantai Glagah. Tentu tidak seorang pun dari kalian yang tidak mengenal Pantai Glagah. Pantai tersebut terkenal dengan luasnya pasir dan laut yang cukup indah. Di sana, tentu saja, kami dapat melepaskan seluruh kejenuhan dan bermain-main dengan pasir.

Walaupun begitu, karena banyaknya pengalaman yang kami dapat setelah mengunjungi berbagai pantai, kami memutuskan untuk sampai di TKP agak sore. Jika kami mengunjungi pantai saat siang bolong, suasana menjadi terlalu panas dan tidak enak. Namun, jika kami mengunjungi pantai saat sore hari, suasana di pantai menjadi lebih nyaman dan bersahabat. Untuk mengisi waktu siang agar tidak bosan karena terlalu lama menunggu waktu, kami terlebih dahulu mengunjungi rumah nenek dari ayahku di daerah Kulon Progo. Akibatnya, kami harus berangkat cukup pagi, yakni sekitar jam 10. Perjalanan dari rumahku yang berada di Kadirojo sampai di rumah nenekku yang berada di daerah Kulon Progo tersebut memakan waktu sekitar 1 jam.

Liburan di rumah nenekku tersebut cukup asyik. Kami bertemu dengan nenek dan pakdheku yang tinggal di rumah nenekku untuk menemaninya di masa senja. Biasanya, sebulan sekali kami berlibur di rumah nenekku tersebut. Setelah mengobrol dan melepas rindu, kami pergi untuk mengunjungi kuburan kakekku yang sudah meninggal tahun 2006. Di sana, kami akan membersihkan kuburan dan sekitarnya dari rumput dan pasir. Sebelum mengunjungi kuburan tersebut, kami terlebih dahulu mengambil bunga yang memang seperti sudah disediakan alam bagi kami untuk ditaburkan di atas makam almarhum kakek.

Sesampainya di kuburan, kami mulai bekerja untuk membersihkan kuburan dari rumput-rumput dan pasir. Untuk membersihkan kuburan, kami membutuhkan waktu sekitar setengah sampai satu jam. Kemudian, kami mendoakan arwah kakek kami dan mendoakan kami sendiri agar dapat tetap hidup di dunia ini dengan anugerah Allah. Setelah semua urusan selesai di kuburan, kami pun kembali sebentar ke rumah dan berpamitan dengan orang di rumah. Setelah itu, kami pun tancap gas menuju Pantai Glagah.

Waktu itu masih pukul 14.30 namun kami sudah hampir sampai di Pantai Glagah. Akhirnya, kami tertarik untuk mencari restoran agar kami dapat mengisi perut yang keroncongan. Setelah beberapa lama, kami menemukan sebuah restoran makanan yang menarik. Ayahku pun membelokkan mobil kecil kami ke tempat parkir. 5 menit kemudian, kami sudah duduk dengan tenang dan melihat-lihat menu yang ditawarkan oleh restoran tersebut. Banyak makanan yang dapat dipesan, namun kami lebih memilih untuk memesan nasi, bebek, dan sayuran. Makanan akhirnya sudah dipesan dan sudah datang di meja kami. Baunya sangatlah harum.

Kami pun mulai makan pesanan kami. Namun, beberapa menit kemudian, ibuku mengeluh bahwa bebeknya sangat alot. Karenanya, ia bertukar bebek dengan ayahku. Ayahku pun mengakui bahwa bebeknya sangat alot. Kami tertawa bersama-sama karenanya. Setelah selesai makan, kami pun menuju pantainya dan bersenang-senang di sana.

Tingkat kealotan daging bebek tersebut memang sampai pada tingkat yang hampir tidak tertangani. Ayahku kelihatan bekerja superkeras untuk bisa mengunyahnya. Biasanya, untuk urusan kecepatan makan, di antara kami bertiga, ayahku lah yang menjadi juaranya. Namun kali ini, ayahku tampaknya harus belajar bersabar. Kelambatan dalam makan siang itu memang tampaknya ada maksudnya. Kami akhirnya keluar dari restoran saat jarum jam sudah menunjukkan angka 3. Itu artinya matahari sudah mulai mengarah ke barat. Posisi matahari yang sudah miring berdampak pada tingkat kepanasan yang dirasakan oleh kulit. Kami pun mendapatkan keuntungan dari suasana yang tidak terlalu panas. Bebek superalot ternyata memiliki pesan tersendiri. Kami tidak perlu buru-buru menuju Pantai Glagah.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT