Seni Literasi #01
Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang kedua
saudara sepupuku yang berkunjung ke rumahku. Tentu saja, suasananya sangat
menyenangkan sekali bagi kami, karena sudah agak lama tidak bertemu kembali. Sekarang
kita tidak akan membahas hal itu lagi. Namun, kita akan membahas sesuatu hal
yang berbeda, yang tentu saja sama menariknya. Aku akan memberikan sedikit clue untuk serial hari ini. Kemarin,
pada hari Sabtu, 26 November 2016, aku “membolos” sekolah. Apabila kalian
melihat kata “membolos” tersebut, apakah kalian akan menyimpulkan aku malas
sekolah? Jika demikian, maka dugaan kalian salah. Aku tidak pernah sedikit pun
membolos sekolah karena hal yang tidak penting. Maka, kata membolos di atas
lebih baik diganti sebagai izin.
Mengapa demikian? Karena, aku akan membantu ayahku untuk
memberikan KU (Kuliah Umum) pada mahasiswa PGSD, semester 1, 5, dan 7. Apalagi,
Kuliah Umum itu diselenggarakan pada pukul 9. Padahal, jam 9 aku masih berada
di sekolah! Ini agak ironis, karena aku yang masih tergolong anak kecil kok
bisa memberikan kuliah? Namun, itulah yang terjadi. Aku diajak oleh ayahku
untuk memberikan contoh nyata bagi seluruh mahasiswa PGSD yang hadir di situ
tentang tema Kuliah Umum pada waktu itu, yakni “Seni Literasi sebagai Habituasi
Hidup Keseharian.” Mengapa sebagai contoh?
Pertama, kita akan memecahkan arti dari tema di atas
terlebih dahulu. Literasi berasal dari kata literate,
yang berarti melek huruf. Itu berarti,
literasi adalah kemampuan calis (baca-tulis). Sedangkan habituasi adalah pembiasaan. Otomatis, tema di atas
berarti Kemampuan Baca Tulis sebagai Pembiasaan Hidup Keseharian. Kedua, karena
kalian sudah melihat arti dari tema di atas, pasti kalian langsung menyimpulkan
bahwa Kuliah Umum yang akan diberikan oleh kami berdua adalah provokasi supaya
para mahasiswa tertarik dan terus-menerus untuk melaksanakan budaya tersebut
setiap hari.
Karena kalian bisa melihat sendiri pada blogku, bahwa banyak
sekali cerita yang terpampang di blogku tersebut, maka aku bisa dijadikan
contoh nyata, atau lebih tepatnya teladan bagi para mahasiswa PGSD yang hadir
di situ. Itulah alasan mengapa aku izin sekolah. Tentu saja untuk tujuan yangh
baik dan bukan semata-mata untuk hal yang menyenangkan hati saja. Sekarang,
kita akan memulai cerita pengalaman ayahku dibantu olehku memberikan Kuliah
Umum (KU). Omong-omong, ayahku adalah seorang dosen Bahasa Inggris, jadi memberikan
kuliah baginya bukan hal yang sulit!
Pada hari yang sangat sibuk itu, aku terbangun dan mendapati
bahwa kedua orangtuaku sudah bangun. Seketika aku teringat bahwa hari itu juga,
aku dan ayahku akan memberikan Kuliah Umum pada mahasiswa PGSD tersebut.
Seperti yang sudah aku katakan di atas, Kuliah Umum tersebut dimulai pada jam
9. Aku bangun pada jam 5. Padahal kami belum mempersiapkan presentasinya. Kami hanya
mempunyai waktu sekitar 4 jam saja untuk mempersiapkan presentasi! Bisakah kami
melakukannya?
Nah, kalau mau dilihat dari saat kisah ini dituliskan,
semuanya berjalan dengan lancar. Mengapa? Karena kami berdua sudah terbiasa
menangani hal-hal di bawah tekanan. Ayahku seringkali menghadapi beberapa deadlines dalam satu harinya. Menurut pengamatanku,
beliau tetap memiliki senyum lebar sewaktu pulang ke rumah. Artinya, beliau
bisa mengatasi banyak persoalan. Nah, bagaimana denganku? Aku sendiri sudah
terbiasa untuk berlatih nyaman dalam tekanan juga.
Menjadi anggota konser gesek
dan tiup memaksaku untuk peduli dengan diri sendiri, sekaligus demi kinerja
bersama. Nyetem biola sendiri. Memelototi not-not balok sambil menghitung
ketukan. Tidak ada yang boleh terlewati. Harus dikuasai sendiri. Tidak boleh
menggantungkan pada orang lain. Juga menjadi organis di gereja. Memainkan musik
untuk mengiringi koor tentu saja harus percaya diri. Ini tidak mudah, karena
tekanan bisa sangat kuat. Kekhawatiran, keraguan, dan ketidakpercayaan diri
adalah sumber bencana. Itu semua aku lawan. Barangkali terdengar arogan kalau
aku sudah berhasil menguasainya. Namun, setidaknya, itu yang aku pelajari. Jujur,
aku tidak bisa bohong bahwa aku sudah mulai nyaman dalam berbagai tekanan!
Nah, kembali ke persiapan presentasi yang tersisa 4 jam
sebelum penampilan. Mengingat ada cerita yang menarik, baiknya itu akan aku
ceritakan besok saja.
Comments
Post a Comment