Antara Iman, Lomba, dan Ketidakberuntungan
Hari sudah semakin mendekati akhir September. Itu artinya, bulan September yang merupakan Bulan Kitab Suci Nasional sudah semakin berakhir. Sudah sebuah kewajiban bagi sebuah sekolah Katholik yang besar untuk merayakannya dengan berbagai lomba yang berhubungan dengan Kitab Suci/Agama. Begitu pula sekolahku. Pada tanggal 30 September 2017, SMP PL 1 Yogyakarta akan menyelenggarakan lomba-lomba yang bertujuan untuk memperingati Bulan Kitab Suci Nasional. Lomba-lomba tersebut termasuk istimewa, karena lomba-lomba tersebut diselenggarakan oleh pihak sekolah sendiri, bukan pihak OSIS. Otomatis, lomba-lomba tersebut lebih serius dan tertata. Wajar, Bapak dan Ibu Guru sudah jauh berpengalaman dalam mengelola kegiatan. Bukan hanya mengelola kegiatan, tetapi juga mengelola kami-kami yang seringkali berenergi terlalu besar untuk membuat suasana terlalu ramai dan sulit terkendali!
Pada waktu itu, matahari sudah terbangun dari tidur. Auranya yang bersinar terang, membuat para penduduk bumi terbangun, termasuk aku. Mataku lengket, seolah-olah melawan keinginanku yang ingin bangun. Akhirnya, pelan tapi pasti, aku terbangun dan sadar bahwa hari ini adalah hari istimewa. Hari di mana kami semua akan melaksanakan kegiatan ESPEELSA Bible Day. Dengan semangat, aku beranjak dari tempat tidur dan buru-buru pergi ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, suara motor menggema dan aku beserta ayahku menuju ke SMP PL 1 Yogyakarta.
Sesampainya di sekolah, terlihat banyak siswa yang baru saja sampai di halaman depan sekolah. Masing-masing dari mereka terlihat turun dari kendaraan dan memberi salam perpisahan pada orangtuanya. Begitu pula aku. Setelah selesai melaksanakan "ritual" tersebut, aku berjalan dari halaman depan sekolah ke kelasku. Begitu sampai kelas, terlihat wajah-wajah temanku yang gembira. Mereka semua akan melaksanakan lomba yang memuliakan nama Tuhan. Wajar bahwa wajah mereka gembira, walaupun tugas dari lomba tidak selalu ringan. Banyak kegiatan mereka. Di pojok kelas, ada yang membuat berbagai hiasan untuk lomba pos-pos katolisitas. Di meja bagian tengah, ada yang sedang belajar membaca kitab suci. Ada juga yang mengisi waktu luang dengan bermain HP ataupun lainnya. Suasana yang biasa di pagi hari.
Akhirnya, tiba waktunya bagi kami untuk lomba dan menampilkan kemampuan kami. Namun, sebelum semua lomba itu dimulai, sekolah menyelenggarakan sebuah ibadat terlebih dahulu agar seluruh acara terberkati oleh Tuhan. Seluruh siswa, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 berkumpul di GOR SMP PL 1 Yogyakarta. Dengan tenang dan damai, kami semua mengikuti misa tersebut. Setelah acara selesai, kami semua keluar dari GOR dan mulai melaksanakan lomba. Kebetulan, aku mendapat tugas lomba lektor Bahasa Inggris. Tempatnya tentu saja berada di kelas 9F, yang menyebabkanku harus naik ke lantai 2 dan cepat-cepat mengikuti lomba. Begitu sampai di kelasku, aku langsung mengambil teks dan kulangkahkan kakiku dengan cepat ke lantai atas.
Di depan kelas 9F sudah cukup banyak peserta yang mengikuti lomba lektor Bahasa Inggris. Mereka sudah memulai latihannya sendiri-sendiri. Kelas belum siap secara sempurna. Masih banyak kakak kelas dan juri yang mengatur kelas 9F. Begitu sudah siap semua, kami diminta untuk memasuki kelas dengan tenang. Setelah semua duduk dengan tenang, salah satu juri memberi semacam pengarahan. Jadi, apa isi pengarahannya? Setelah juri tersebut selesai, kami semua berbaris dengan rapi dan mengambil undian bacaan kitab suci sekaligus urutan peserta lomba lektor Bahasa Inggris. Takdir sedang tidak memihakku.
Kebetulan yang sangat buruk, aku mendapatkan bacaan yang hampir belum pernah aku pelajari. Namun, aku tidak protes. Toh itu undian, hanya keberuntungan saja yang membuat kita mendapat undian yang menguntungkan. Satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah mempelajari bacaan itu, sebisa mungkin.
Akhirnya, tiba giliranku untuk membaca. Dengan teguh hati, aku pun maju. Seolah-olah seluruh waktu membeku, menungguku untuk maju. Beberapa temanku mengeluarkan semangat agar aku dapat maju dengan sebaik mungkin. Ketika aku sampai di "panggung" aku menarik nafas dalam dan memulai segalanya. Suaraku yang cukup besar dan berintonasi dapat memukau para juri dan penonton. Beberapa kosakata tidak dapat aku baca dengan baik dikarenakan kurang latihan, namun secara keseluruhan semua berjalan dengan baik. Jantungku yang tadinya berdebar-debar karena agak grogi, kini sudah menghilang digantikan dengan kepercayaan diri. Salah tidak apa-apa, yang penting berani. Itulah prinsip yang sudah diajarkan oleh orangtuaku padaku. Akhirnya, selesai sudah penampilan tersebut. Para juri juga tampaknya sudah selesai dalam menilai. Aku pun hormat kepada seluruh penonton dan juri.
Pada waktu itu, matahari sudah terbangun dari tidur. Auranya yang bersinar terang, membuat para penduduk bumi terbangun, termasuk aku. Mataku lengket, seolah-olah melawan keinginanku yang ingin bangun. Akhirnya, pelan tapi pasti, aku terbangun dan sadar bahwa hari ini adalah hari istimewa. Hari di mana kami semua akan melaksanakan kegiatan ESPEELSA Bible Day. Dengan semangat, aku beranjak dari tempat tidur dan buru-buru pergi ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, suara motor menggema dan aku beserta ayahku menuju ke SMP PL 1 Yogyakarta.
Sesampainya di sekolah, terlihat banyak siswa yang baru saja sampai di halaman depan sekolah. Masing-masing dari mereka terlihat turun dari kendaraan dan memberi salam perpisahan pada orangtuanya. Begitu pula aku. Setelah selesai melaksanakan "ritual" tersebut, aku berjalan dari halaman depan sekolah ke kelasku. Begitu sampai kelas, terlihat wajah-wajah temanku yang gembira. Mereka semua akan melaksanakan lomba yang memuliakan nama Tuhan. Wajar bahwa wajah mereka gembira, walaupun tugas dari lomba tidak selalu ringan. Banyak kegiatan mereka. Di pojok kelas, ada yang membuat berbagai hiasan untuk lomba pos-pos katolisitas. Di meja bagian tengah, ada yang sedang belajar membaca kitab suci. Ada juga yang mengisi waktu luang dengan bermain HP ataupun lainnya. Suasana yang biasa di pagi hari.
Akhirnya, tiba waktunya bagi kami untuk lomba dan menampilkan kemampuan kami. Namun, sebelum semua lomba itu dimulai, sekolah menyelenggarakan sebuah ibadat terlebih dahulu agar seluruh acara terberkati oleh Tuhan. Seluruh siswa, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 berkumpul di GOR SMP PL 1 Yogyakarta. Dengan tenang dan damai, kami semua mengikuti misa tersebut. Setelah acara selesai, kami semua keluar dari GOR dan mulai melaksanakan lomba. Kebetulan, aku mendapat tugas lomba lektor Bahasa Inggris. Tempatnya tentu saja berada di kelas 9F, yang menyebabkanku harus naik ke lantai 2 dan cepat-cepat mengikuti lomba. Begitu sampai di kelasku, aku langsung mengambil teks dan kulangkahkan kakiku dengan cepat ke lantai atas.
Di depan kelas 9F sudah cukup banyak peserta yang mengikuti lomba lektor Bahasa Inggris. Mereka sudah memulai latihannya sendiri-sendiri. Kelas belum siap secara sempurna. Masih banyak kakak kelas dan juri yang mengatur kelas 9F. Begitu sudah siap semua, kami diminta untuk memasuki kelas dengan tenang. Setelah semua duduk dengan tenang, salah satu juri memberi semacam pengarahan. Jadi, apa isi pengarahannya? Setelah juri tersebut selesai, kami semua berbaris dengan rapi dan mengambil undian bacaan kitab suci sekaligus urutan peserta lomba lektor Bahasa Inggris. Takdir sedang tidak memihakku.
Kebetulan yang sangat buruk, aku mendapatkan bacaan yang hampir belum pernah aku pelajari. Namun, aku tidak protes. Toh itu undian, hanya keberuntungan saja yang membuat kita mendapat undian yang menguntungkan. Satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah mempelajari bacaan itu, sebisa mungkin.
Akhirnya, tiba giliranku untuk membaca. Dengan teguh hati, aku pun maju. Seolah-olah seluruh waktu membeku, menungguku untuk maju. Beberapa temanku mengeluarkan semangat agar aku dapat maju dengan sebaik mungkin. Ketika aku sampai di "panggung" aku menarik nafas dalam dan memulai segalanya. Suaraku yang cukup besar dan berintonasi dapat memukau para juri dan penonton. Beberapa kosakata tidak dapat aku baca dengan baik dikarenakan kurang latihan, namun secara keseluruhan semua berjalan dengan baik. Jantungku yang tadinya berdebar-debar karena agak grogi, kini sudah menghilang digantikan dengan kepercayaan diri. Salah tidak apa-apa, yang penting berani. Itulah prinsip yang sudah diajarkan oleh orangtuaku padaku. Akhirnya, selesai sudah penampilan tersebut. Para juri juga tampaknya sudah selesai dalam menilai. Aku pun hormat kepada seluruh penonton dan juri.
Comments
Post a Comment