Antara Keragaman dan Keagamaan: Seni dan Pelajaran Memimpin

SMP adalah masa-masa di mana terakhir siswa berperilaku kekanak-kanakkan. Masih banyak anak SMP yang perilakunya seperti anak-anak, namun ada juga yang perilakunya mencerminkan sifat kedewasaan. Pada akhirnya, SMP mendidik siswa-siswinya untuk dapat bertingkah dan berperilaku sesuai dengan umurnya. Salah satu caranya adalah mengajak siswa-siswi untuk memimpin doa Rosario. Dengan memimpin, sifat kedewasaan akan tumbuh dan sifat kekanak-kanakkan akan mulai luntur.

Selama bulan Oktober yang dikenal sebagai bulan Maria, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta menyelenggarakan Rosario tiap pagi. Karena durasi doa Rosario paling cepat 30 menit, maka sekolah memutuskan untuk memotong sedikit jam literasi dan memulai sekolah 15 menit sebelum jam 7. Siswa-siswi akan ikut berperan serta memimpin rosario. Namun tentu saja tidak perseorangan, namun per kelas. Karena jumlah kelas di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta hanya 21, sedangkan jumlah hari di dalam bulan Oktober mencapai 31, maka 10 hari lainnya akan dipimpin oleh ECM (Extra Campus Ministry), OSIS, guru-guru, dan lain sebagainya.

Siswa-siswi akan mulai memimpin pada Jumat, 6 Oktober 2017 mulai dari kelas 9A. Kebetulan, kelasku yaitu 7F memimpin Rosario pada hari Jumat, 27 Oktober 2017. Kelasku berjumlah 40 siswa, 5 siswa pilihan akan memimpin dan membaca masing-masing 5 peristiwa beserta pembukaan dan penutup, sisanya akan mengucapkan doa Salam Maria secara bergilir. Secara umum kita ketahui, dalam satu kelas pasti ada yang berbeda dalam hal agama. Ada yang beragama Kristen, Katholik, Islam, Hindu, Buddha, bahkan Khonghucu sekalipun. Namun, perbedaan agama tersebut tidak menghalangi kami untuk bersyukur kepada Tuhan kami masing-masing. Kami, kelas 7F, sudah memutuskan untuk memilih 5 siswa yang terbaik, yaitu dua dari ketua dan wakil ketua, satu perwakilan dari seksi agama, dan sisanya adalah pilihan yang pintar dalam berbicara. Karena aku merupakan wakil ketua, maka aku menjadi salah satu dari 5 siswa yang mempimpin pada waktu Rosario hari Jumat, 27 Oktober 2017.

Akhirnya, hari itu datang juga. Walaupun kami memimpin bersama-sama, namun rasa gugup bercampur gembira tetap melanda. Kami gugup, karena untuk pertama kalinya kami memimpin Rosario di depan seluruh siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Namun, kami juga senang karena dengan memimpin Rosario saja, kami sudah mendapatkan banyak pengalaman, mulai dari kegugupan pada saat memimpin sampai dengan kepercaya-dirian karena sudah berhasil melakukannya. Karena kami mendapat tugas memimpin, kami harus bertanggung jawab dengan tugas tersebut. Faktanya, menjadi pemimpin bukan berarti kita lebih dihormati. Namun, kita justru mempunyai lebih banyak tanggung jawab terhadap orang yang kita pimpin. Maka dari itu, kami harus datang minimal jam setengah 7 untuk menyiapkan lilin dan salib. Selain itu, kami juga harus mengkoordinasi teman-teman agar dapat duduk dengan rapi dan teratur.

Acara Rosario biasanya dilaksanakan di lapangan upacara SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Kelas yang memimpin Rosario harus duduk di depan Gua Maria, tepatnya di samping panggung. 5 siswa yang sudah dipilih tadi duduk membentuk garis sejajar di depan seluruh kelas yang memimpin dan siswa-siswi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Seluruh siswa, baik itu yang memimpin maupun yang dipimpin, menghadap ke arah Gua Maria sambil mendaraskan doa. Kami, kelas 7F, sudah duduk rapi dan siap untuk memimpin. Kami masih menunggu siswa-siswi yang belum duduk. Setelah semua duduk, kami pun memulai doa.

30 menit berlalu. Begitu Rosario berakhir, kami semua langsung menghembuskan nafas lega. Perbedaan agama tidak membuat rangkaian doa yang kami daraskan menjadi jelek. Mereka yang beragama berbeda tentu dapat melengkapi keberagaman dan justru membuat doa kami menjadi lebih berwarna. Kami yakin, kami sudah melakukan yang terbaik walaupun ada beberapa kesalahan yang tidak kami sengaja.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Telapak yang Terkoyak