Ikut Jejak Jendral Bintang Satu #01

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang gaya hidup kami yang baru pada saat berada di Sumatera. Berbagai petualangan kami alami saat berada di sana. Tentu saja, setelah semua petualangan yang kami alami, kami harus pulang ke rumah kami yang berada di Pulau Jawa, tepatnya di DIY. Jam setengah lima pagi, kami sudah mandi dan berganti baju. Seluruh pakaian dan barang sudah kami pak ke dalam koper besar kami. Hanya perlu waktu dan mental yang kuat saja bagi kami semua untuk sampai di DIY dengan selamat. Setelah perpisahan yang cukup menyedihkan bagi kami semua, kami pulang dengan hati-hati dan akhirnya sampai rumah 34 jam setelahnya. Penat dan lelah kami rasakan, namun semuai itu sebanding dengan pengalaman yang kami alami saat berada di sana.

Sekarang, tentu saja, kami sudah memulai aktivitas seperti biasa. Aku bersekolah, ayahku bekerja, dan ibuku bertugas sebagai ibu rumah tangga. Beberapa minggu setelah semua aktivitas itu berjalan, sekolahku dan sekolah-sekolah yang lainnya, membuat acara yang cukup menarik. Tentu saja, sekolah-sekolah yang lainnya itu adalah sekolah yang masih masuk wilayah KSK Sleman Timur. Soal singkatan dari KSK, mungkin aku kurang begitu tahu. Namun, sepanjang pengetahuanku, ada tujuh sekolah Kanisius yang masuk KSK Sleman Timur, termasuk sekolahku tersebut. Apa nama acara yang aku anggap menarik tersebut? Tidak salah lagi ialah “Kemah Galang.” Artinya tentu saja Kemah yang diadakan dengan tujuan utama melantik para penggalang menjadi penggalang ramu yang sudah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum atau SKU. Tentu saja, kemah itu bukan sembarang kemah. Kemah ini diselenggarakan oleh se-KSK Sleman Timur, yang artinya kemah ini bukan main-main.

Tentu saja, persiapan kami, penggalang kelas enam begitu luar biasa. Bekal baju yang banyak kami masukkan ke dalam tas masing-masing, begitu pula dengan snack, alat pramuka, dan dokumen-dokumen yang lainnya yang tentu saja wajib untuk dibawa. Semua itu tentu saja tak lepas dari bantuan orangtua kami. Hatiku berdebar-debar, tak sabar menunggu petualangan yang begitu menakjubkan dan tak terlupakan tersebut. Kami sudah dibagi menjadi 6 regu. Laki-laki ada 4 regu, sedangkan perempuan lebih sedikit, yakni 2 regu. Masing-masing regu punya satu tanggung jawab yang besar, yakni membuat nama sekolah kami menjadi harum, dan menjaganya agar tidak tercemar oleh perbuatan-perbuatan yang kurang baik.

Omong-omong, kalian pasti tahu sejarah kepramukaan kan? Singkatnya, gerakan Pramuka tumbuh dari gagasan seorang tentara bintang satu, Letnan Jendral Lord Baden-Powell. Pria penuh ide ini merupakan militer karir yang disegani. Lahir pada tahun 1857 dan meninggal pada tahun 1941, sosok Baden-Powell mengalami masa Perang Dunia I (1914-1918). Perang itu yang membuat Eropa porak-poranda. Baden-Powell meninggal pada waktu Perang Dunia II sedang mulai meluas, melibatkan Amerika Serikat dan Rusia. Apakah kegiatan pramuka (boyscouting) terkait dengan tujuan militer sesuai dengan profesinya? Tampaknya tidak sesederhana itu. Yang pasti, kegiatan kepramukaan memang melatih anak-anak untuk mengenal lingkungannya. Mencintai petualangan. Membangun kemandirian. Kemah bersama menjadi ujian nyata, sejauh mana yang dilatihkan sungguh dikuasai.

Sebelum kemah benar-benar dimulai, kami sudah diajari beberapa pengetahuan dasar pramuka, seperti sambung tongkat, kaki tiga, dragbar alias tandu darurat, dan mendirikan tenda. Pengetahuan-pengetahuan tersebut harus kami pahami sebelum berkemah, karena semua pengetahuan tersebut akan diterapkan dalam kegiatan “Kemah Galang 2017” tersebut. Selain pengetahuan dasar pramuka, kami juga belajar tentang memasak. Memasak itu adalah kegiatan yang hampir setiap hari dilakukan oleh ibu kita untuk menghidupi keluarga kita. Namun, di jaman modern saat ini, memasak bukanlah hal yang perlu kita pelajari. Setidaknya menurut kebanyakan orang. Nah, tujuan pramuka yakni membangkitkan semangat-semangat tradisional yang berguna tersebut.

Akhirnya, tibalah hari H. Koper dan tas ranselku yang berisikan barang-barang berguna tentang pramuka sudah dipack. Karena di sana tempat parkir terbatas, maka aku akan menaiki mobil temanku daripada membawa mobil sendiri, karena hanya akan menambah penderitaan saja bagi para tukang parkir di sana.

Ini lah pengantar dari seri petualangan Kemah. Ingin tahu petualangan berikutnya? Silahkan ikuti kelanjutan dari kisah-kisahku ini.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT