Karapan Manusia #08

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang permenungan kita tentang tujuan dari diselenggarakannya kemah itu sendiri. Sebenarnya, apa sih tujuan dari penyelenggaraan kemah itu? Semua jawabannya tentu saja ada di serial sebelumnya. Tentu saja sekarang kita tidak akan membahas hal yang sama lagi, namun lanjutan dari serial sebelumnya. Serial kali ini lebih condong membicarakan kegiatan yang sangat, sangat melelahkan, yakni perjalanan dua jam tanpa menggunakan transportasi! Tentu saja, artinya adalah kami berjalan kaki selama dua jam, menjelajah alam sekitar perkemahan dan dikenalkan beberapa keadaan alam yang mungkin memang belum pernah kami tahu.

Pada waktu itu, hari kedua saat kemah, kami mempunyai beberapa kegiatan. Pertama, kegiatan melakukan beberapa permainan yang mengasyikkan, namun juga menantang. Beberapa di antaranya adalah panjat tali dan karapan sapi. Cara memainkannya mudah. Sistem dari panjat tali adalah tali tambang yang diikat menjadi bentuk kotak-kotak dan ditalikan pada rangka besi yang berbentuk segitiga. Jadi, kami harus memulai permainan itu dengan cara memanjat dari bawah dan turun ke bawah lagi namun di sisi yang berseberangan dari saat kami memulai permainan tersebut. Semua siswa tentu saja berhasil di permainan itu, karena permainan itu salah satu permainan yang termudah. Kemudian, permainan karapan sapi seperti karapan sapi pada umumnya. Hanya saja, penariknya bukan sapi, namun manusia. Dengan demikian, istilah “karapan sapi” tampaknya salah. Lebih baik disebut sebagai “karapan manusia.”

Kedua, kegiatan yang aku bilang itu sangat melelahkan dimulai dari sini. Begitu acara permainan sebelumnya, yaitu panjat tali dan karapan manusia, sudah selesai, kami berkumpul per regu dalam tiga kampung besar. Pembimbing pun mulai membuka acara tersebut. Intinya, acara atau giat yang akan kami jalani tersebut adalah jelajah alam, di mana kami diajak untuk menjelajah alam sekaligus diperkenalkan alam yang sungguh rumit itu. Akhirnya, Kampung Semeru pun berjalan. Sesuai kesepakatan, lima menit setelah sebuah kampung berjalan, kampung berikutnya akan berjalan. Lima menit kemudian, Kampung Merbabu pun berjalan. Setelah mereka menghilang dari pandangan dan lima menit sudah berlalu, Kampung Merapi, termasuk reguku, berjalan. Kami tidak berjalan pada jalan raya, namun pada jalan tikus. Kadang-kadang jalan kami lebih parah daripada jalan tikus!

Namun itu tidak masalah, karena kami menggunakan kaki ketika berjalan, dan bukannya menggunakan transportasi. Berbagai medan kami lalui, mulai dari jalan yang dikelilingi oleh hutan dan tumbuhan salak, sampai dengan jalan raya yang masih juga dikelilingi oleh tumbuh-tumbuhan hijau. Namun tumbuh-tumbuhan hijau itu tidak selebat seperti medan kami sebelumnya. Kami juga dikenalkan beberapa pengetahuan seperti berapa lama tumbuhan salak baru dipanen, dan berbagai macam pertanian yang unik seperti mina padi. Bagi kalian yang belum tahu, mina padi merupakan kegiatan intensifikasi sumber daya alam demi pencapaian produktivitas. Di dalam sawah yang ditanami padi, di situ juga ditaburi benih ikan. Ikan tumbuh di sela-sela batang padi. Harapannya, baik padi dan ikan tumbuh bersama-sama, dan dipanen bersama-sama. Pokoknya, hati kami gembira karena melihat hal-hal yang menyegarkan mata.

Namun ada juga beberapa anak yang tampaknya tidak kuat dalam menjalani berbagai cobaan tersebut. Ada yang kakinya kecethit, ada juga yang tampaknya menyerah namun masih menjalaninya. Beberapa dari mereka diantarkan ke perkemahan oleh guru menggunakan motor. Namun setidaknya, aku dan kelompokku masih bertahan. Sudah satu seperempat jam kami berjalan. Kaki kami rasanya pegal semua. Akhirnya, kami harus menyusuri sungai, atau lebih tepatnya selokan yang alirannya cukup deras. Parahnya, kami harus melawan aliran tersebut. Dengan agak berteriak-teriak melawan suara air yang keras, kami berkomunikasi dengan teman kami. Cukup lucu apabila dipikir-pikir. Akhirnya, kamipun sampai di perkemahan lagi. Perut kami lapar, tubuh kami kotor. Namun hati kami sangat gembira.

Hari itu memberikan pengalaman luar biasa. Masih ada pengalaman yang layak untuk diceritakan pada seri berikutnya. Pentas seni pada malam hari ternyata menyingkapkan betapa anak-anak memiliki bakat dan potensi seni yang menjanjikan.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT