Mencapai Puncak #09

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang petualangan jelajah alam. Di sana, kami sudah berpetualang ke segala arah, menelusuri jalanan dan sungai, menerjang segala hambatan yang ada. Akhirnya, kami berhasil melakukan semua itu dan kembali ke kemah untuk melanjutkan giat yang selanjutnya. Tentu saja, sekarang kita akan membahas giat yang selanjutnya, tepatnya kegiatan selanjutnya. Mengapa? Karena kegiatan ini tidak termasuk giat, namun lebih ke upacara pelantikan kami, para penggalang. Namun, sebelum upacara pelantikan para penggalang yang mengikuti kemah tersebut, ada sebuah pementasan seni bagi kami yang sudah menyiapkan semua hal yang siap untuk dipentaskan. Tentu saja, kami tidak mau kalah dengan sekolah lain. Kami juga mempersiapkan seluruhnya, mulai dari lagu, alat musik, dan latihan-latihan yang juga cukup membuat kami capai. Omong-omong, aku juga termasuk dalam tim pensi (pentas seni) tersebut sebagai pemain pianika.

Kalian pasti mengetahui, kemah pramuka tidak lengkap tanpa sebuah api unggun. Api unggun tersebut adalah acara di mana kita menampilkan semua keterampilan kita di situ. Payahnya, cuaca menjadi buruk dan hujan pun turun. Api unggun pun tidak jadi dilakukan. Setidaknya perkiraan kami, regu laba-laba. Namun ternyata, api unggun tetap dilaksanakan walaupun hujan turun. Bedanya, acara api unggun kali ini tanpa sebuah api unggun, namun maknanya tetap dipertahankan, yakni unjuk keterampilan. Payahnya, kami tidak tahu dan malah bersantai di dalam tenda yang hangat!

Akhirnya, kami diberi tahu oleh kakak pembina yang patroli dari tenda ke tenda bahwa api unggun sudah dilaksanakan. Dengan langkah tergopoh-gopoh, kami berlari dari tenda ke bangunan tersebut. Mengapa berlari? Karena jika kami tidak berlari, hujan akan menimpa kami dan membuat kami sakit. Teman-temanku yang juga pentas sudah stand-by di sana. Mereka sudah duduk, memperhatikan seluruh kegiatan yang terjadi di depan. Kegiatan apakah itu? Tentu saja kakak pembina yang memandu acara tersebut. Untung saja, kami belum telat. Masih banyak anak yang juga berdatangan dari sana sini. Akhirnya, acara tersebut dimulai.

Tampaknya sekolah lain juga tidak bodoh-bodoh amat. Mereka juga mempersiapkan seluruhnya. Bahkan ada yang nampaknya akan lebih baik penampilannya dari kami. Mereka bahkan ada yang membawa seperangkat gamelan, angklung, dan sebuah biola! Sungguh luar biasa. Jika dipikir-pikir, kami lebih sederhana dari mereka. Kami hanya membawa gitar, pianika, dan suara-suara yang kalau dipikir-pikir merupakan suara paling bagus di seluruh kelas kami. Namun, semua itu tidak cukup bagi kami apabila kami tidak mengandalkan kerja keras dan perjuangan kami. Kami berusaha dengan seluruh keterampilan kami untuk menunjukkan hasil yang terbaik.

Benar saja. Lagu “Pertolongan-Mu” kami kumandangkan dengan kemampuan kami. Lagu itu mampu menyentuh hati dan membuat semua siswa bertepuk tangan. Namun, tampaknya sekolah lain tidak mau kalah. Mereka menampilkan penampilan yang menurutku juga tidak jelek, bahkan bagus. Mereka juga mendapatkan tepuk tangan yang banyak. Akhirnya, tibalah upacara yang ditunggu-tunggu. Upacara pelantikan pramuka penggalang ramu pun akan dilaksanakan. Tiba-tiba, seluruh lampu mati. Tampak bahwa upacara akan dilaksanakan dalam suasana yang gelap, namun penuh arti.

Sudah satu-dua jam kami melaksanakan upacara tersebut. Di lengan kiri kami sudah tertempel lambang seperti panah menuju ke atas. Itu artinya, kami sudah mempunyai “jabatan” dalam pramuka. Akhirnya, kami semua dibubarkan dan pulang ke tenda masing-masing. Begitu senang hati kami, karena sudah mencapai bagian puncak dan tujuan utama dari seluruh kemah kami.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT