Yang Tersembunyi #10 - TAMAT

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang kehebatan dari orangtuaku. Ya, seperti yang kita tahu, Tuhan menciptakan seorang manusia berbeda dengan manusia yang lainnya. Seorang manusia juga mempunyai tugas di dunia ini berbeda dengan manusia yang lain. Tetapi hebatnya, manusia dapat bersatu untuk saling melengkapi. Salah satu contoh yang dapat dipetik yakni kedua orangtuaku. Apabila kalian ingin membaca penjelasan secara menyeluruh, maka silahkan baca serial sebelumnya. Sekarang, tentu saja, kita akan membahas sesuatu yang agak berbeda. Walaupun serial ini termasuk lanjutan dari Pinus Asri Dlingo, namun yang dibahas kali ini tidak ada hubungannya dengan Hutan Pinus Dlingo.

Jika kalian sudah membaca serial sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ayahku memang seorang pemimpin sejati. Namun ibuku pun tak kalah kerennya. Ibuku dapat dikatakan sebagai motivator. Motivator yang aku maksud tentu saja bukan motivator yang memberikan kata-kata motivasi, namun justru kadang-kadang memarahi seseorang yang diberi motivasi. Mungkin terlihat negatif, tetapi yang muncul selanjutnya adalah, seseorang yang diberikan motivasi oleh ibuku dengan cara seperti itu akan lebih berapi-api dan lebih bersemangat karena ingin membuktikan bahwa sebenarnya seseorang yang diberi motivasi tersebut bisa lebih baik daripada anggapan ibuku.

Karena ayahku memang bukan seperti ibuku, maka perjalanan belajar menyetir mobil ibuku agak tersendat. Namun ternyata, dalam perjalanan waktu, ibuku memiliki kekuatan yang khusus, yakni kekuatan imajiner. Walaupun memang tersendat, namun dalam pikiran ibuku yang terselubung itu, yang bahkan tidak diketahui oleh anak dan suaminya, tersembunyi sesuatu yang super mengejutkan. Apa artinya? Ibuku ternyata mencoba untuk berlatih nyetir bukan semata-mata langsung dengan mengoperasikan stir, menekan pedal gas dan rem. Bukan dengan cara itu. Ibu belajar dengan cara memperhatikan, mengimajinasikan. Ketika kami keluar memakai mobil bersama-sama, ibuku secara diam-diam memperhatikan cara ayahku menyetir mobil. Tidak hanya caranya, tetapi juga detail-detail seperti ganti gigi, saat kapan menginjak pedal rem, kopling, gas, dan lainnya. Itu membuat kemampuan ibuku yang terpendam muncul dan berkembang.

Semua hal itu disimpannya dalam-dalam. Sepulang dari Hutan Dlingo, seperti gaya ayahku biasanya, dia berbicara, “Nyopir itu sesuatu hal teknis. Sama seperti yang dikatakan Jendral Collin Powell (Menhan Amerika era George Bush), kita tidak akan memiliki pengetahuan 100 persen untuk membuat keputusan. Cukup 30% pengetahuan saja, dan kita harus berani mengambil keputusan. Nyopir itu artinya senantiasa mengambil keputusan. Kapan berbelok, kapan ganti gigi, kapan menekan pedal gas kuat-kuat. Kesemuanya itu bersatu di dalam otak limbic. Nah, di otak limbic ini emosi dan pembuatan keputusan dibuat. Inti dari semuanya adalah: KEBERANIAN. Tanpa KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO, tidak akan pernah bisa nyopir.”

Barangkali tersentil oleh kata-kata ayahku, ibuku sungguh-sungguh membuat kejutan. Ternyata selama ini, ibuku sebenarnya telah menyiapkan mental dengan kekuatan pikiran imajiner. Denganmelihat cara dari sang ahli, ibuku dapat menyerap ilmu dan menuangkannya begitu dia memegang setir mobil. Yang lebih mengejutkan lagi, yakni prestasi ibuku yang luar biasa, ia mampu menyetir mobil dari Jogjakarta sampai ke Klaten, kemudian ke Jogjakarta lagi, tanpa ada insiden yang bisa dikhawatirkan. Mungkin memang, menurut cerita kedua orangtuaku pada waktu itu; karena pada saat ibuku latihan menyetir mobil, aku sedang belajar dengan asyik di sekolah; ada beberapa insiden yang cukup wajar terjadi bagi seorang pemula di dalam latihan menyetir mobil. Namun, insiden tersebut sangat kecil dan dengan mudah dapat diatasi oleh ibuku. Bagi kami sekeluarga, itu sungguh prestasi yang luar biasa!

Sebelum ibuku mempraktekkannya, aku dan ayahku belum percaya. Mengapa? Karena selama satu setengah tahun, ibuku seolah-olah berhibernasi dari latihan menyetir mobil. Namun ternyata, selama hibernasi itu, ibuku mempelajari hal yang sudah kita bahas di atas. Jadi, itu merupakan suatu kejutan bagi kami sekaligus merupakan suatu terobosan. Ternyata, dapat disimpulkan bahwa belajar itu tidak hanya dari teori maupun praktek. Namun juga dari imajinasi, visual, dan yang lainnya.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT