Ditipu Batang Gnetum Gnemon #06

Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas tentang misteri sebuah benda bernama hammock, yang berada di Hutan Pinus Dlingo. Kali ini, atau lebih tepatnya pada serial ini, kita masih membicarakan tentang lanjutan dari serial bersambung Pinus Asli Dlingo. Yup, karena pengalaman kami sangat panjang dan banyak yang menarik untuk diceritakan, tentu saja serial bersambung ini cocok untuk diceritakan di blog ini. Serial kali ini lebih banyak menceritakan tentang bagaimana kami kembali dari sang kumpulan pinus tersebut, atau lebih sering disebut sebagai Hutan Pinus Dlingo. Lebih rinci lagi, pulangnya kami mungkin akan terbagi menjadi dua serial.

Kami sangat puas melihat pemandangan yang agak aneh itu. Apa maksudnya aneh? Jika kalian penasaran, coba cek serial sebelumnya. Namun, apabila kalian sudah membaca serial sebelum ini, pasti kalian akan mengetahui definisi “aneh” tersebut. Oke, lewati saja hal itu. Ketika kami akan berbalik pulang, kami terkagum-kagum melihat kumpulan pohon pinus tersebut. Kumpulan pohon pinus tersebut, atau sering disebut hutan pinus, menjadi salah ikon pariwisata di Kota Bantul. Tidak heran bahwa kami sangat-sangat mengagumi pemandangan yang nampak di depan kami tersebut.

Tidak membuang waktu lagi, kami melalui jalan yang sama tempat kami berangkat dulu. Tak kunjung pergi rasa heran kami, bagaimana cara agar alam teregenerasi sendiri dan menumbuhkan berbagai pohon yang unik seperti pohon pinus. Sebenarnya, unik dan tumbuhan yang mulai langka tidak hanya pohon pinus, namun di serial bersambung ini kita akan khususkan pada pohon pinus saja. Berbagai pemandangan yang sudah kami lihat, seperti hammock dan papan kayu yang unik itu kami lihat untuk sekali lagi. Akhirnya, karena sedikit capai, kami beristirahat di sebuah potongan kayu yang dikhususkan untuk tempat duduk.

Potongan kayu tersebut sesungguhnya batang pohon yang dipotong horizontal. Artinya, kulit pohon masih melekat. Dari jejak gigi gergaji, tidak terlalu sulit untuk membuat kesimpulan sederhana: alat memotong batang kayu tersebut adalah gergaji mesin. Dari diameternya, bisa dipastikan bahwa usia pohon itu di atas 20 tahun. Mengapa? Batang kayu warna hijau tua dengan sendirinya menjelaskan bahwa jenis tanaman gnetum gnemon (karena itu Bahasa Latin, cara bacanya nyetum nyemon!). Maaf, agak nyeleweng sedikit, kalian perlu mengingat warisan Carolus Linnaeus yang berhasil membuat standar penamaan seluruh spesies di bumi dengan Bahasa Latin. Gnetum gnemon adalah tanaman yang banyak ditemukan di antara kita. Tanaman berbiji monokotil ini tidak lain dan tidak bukan adalah melinjo.

Oke, kembali ke topik utama. Saat kami duduk di batang pohon ini, tiba-tiba ayahku berdiri. Tangannya menggoyang-goyang kayu itu. “Ada yang aneh. Ini batang kayu palsu!”

“Maksudnya? Palsu gimana?”

“Coba lihat. Kalau kamu tidak perhatikan dengan detail, kamu pasti mengira bahwa batang kayu ini aslinya tumbuh di sini.”

Aneh, itu lah sosok ayahku. Dia kadang tampak seperti seorang detektif.

“Palsu karena sebenarnya batang ini diambil dari tempat lain. Yang memelihara tempat ini memiliki cukup kecerdasan untuk membuat ini seolah-olah asli. Seolah-olah ini alamiah di sini. Padahal ini semua adalah di set up biar tampak keren,” lanjut ayahku berteori.

Kami mencoba menggerakkan, atau lebih tepatnya mengangkat potongan kayu tersebut. Membuktikan kebenaran teori dari ayahku. Niat kami hanya mencoba mengecek kekuatan sebuah potongan kayu tersebut. Tetapi ternyata, potongan kayu tersebut dengan mudah terangkat dan tidak tersambung dengan akar. Ternyata, potongan kayu tersebut hanya sebuah kepalsuan! Tapi tentu saja, kami memakluminya karena ada tujuan tersendiri dari situ, yakni menarik perhatian wisatawan. Tepatnya untuk memperindah tempat duduk agar terlihat alami.

Akhirnya, setelah selesai beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Ternyata, perjalanan kami dari istirahat sampai mobil kami cukup bermakna. Apa maknanya? Maknanya, kami jadi mengetahui bagaimana cara kerja sebuah hammock itu. Tentu saja, kalian semua yang sudah pernah berkunjung ke Hutan Pinus Dlingo bisa jadi sudah mengerti cara kerja sebuah hammock tersebut. Tapi kami, para wisatawan dengan ilmu karatan, belum mengetahui kenyataan dari ilmu tersebut. Padahal, jika dipikir-pikir, sebuah ilmu bahasa inggris dan matematika, keduanya merupakan duet maut apabila dibandingkan dengan ilmu menaiki hammock tersebut. Tetapi, seperti biasa, ilmu yang sepele membuat kita menjadi lengah dan tidak waspada.

Jadi, bagaimana cara kerja hammock tersebut, baca lagi di serial selanjutnya, karena serial ini sudah terlalu penuh dengan kata-kata.

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT