Berpikir Alternatif

Tentu, menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain atau teman akan lebih produktif dan sekaligus mulia, dibandingkan dengan melakukan sesuatu hanya untuk menguntungkan diri kita sendiri. Kita tentu saja senang, karena dapat membantu orang lain, begitu pula orang lain atau teman yang lain. Hubungan atau simbiosis seperti itu sering disebut sebagai mutualisme. Arti dari mutualisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang berbeda jenisnya dan saling menguntungkan kedua pihak. Simbiosis ini tidak hanya terjadi pada hewan saja, namun manusia juga. Kenapa hubungan itu disebut mutualisme? Karena tentu saja, kedua belah pihak mendapatkan keuntungannya. Yang satu mendapatkan suatu pertolongan atau bantuan, yang lainnya mendapatkan pengalaman dan kesenangan untuk membantu orang lain. Tentu saja, dapat disimpulkan, bahwa hubungan semacam itu merupakan suatu hal yang tidak salah untuk dilakukan, karena dapat menguntungkan baik pihak A maupun pihak B.

Di dalam cerita ini, tentu saja, kita akan membahas ‘mutasi’ atau keburukan dari simbiosis mutualisme yang terjadi secara berlebihan. Hal ini, seperti biasa, terjadi padaku dan salah satu temanku. Pada waktu itu, hari sudah mulai pagi. Seperti biasa, aku bangun, mandi pagi, dan sebagainya. Tepat saat aku minum energen, ibuku dengan tiba-tiba memberitahuku bahwa salah satu temanku menanyakan PR kepadaku. “Tadi malam, saat kita keluar, temanmu si Alex, tanya apa PR untuk hari Selasa,” kata Mamaku. Temanku ini tidak berangkat sekolah karena urusan yang tidak aku tahu.

“Lho, kenapa Mama baru memberitahukanku sekarang?” tanyaku, bernada protes. Saat itu tepat jarum jam menunjuk angka 6.30. Pikiranku langsung cepat melayang ke temanku ini. Tidak mungkin temanku itu masih ada di rumahnya. Temanku itu terkenal selalu berangkat pagi! Jadi tidak mungkin mengontak dirinya via telpon rumah! Aku agak marah kepada ibuku, karena ia tidak memberitahu aku pada malam harinya. Namun, ibuku beralasan bahwa ia lupa. Akupun memakluminya, karena semua orang tentu saja pernah lupa. Akhirnya, kami pun menyimpulkan bahwa temanku yang satu ini mungkin sudah bertanya kepada teman yang lainnya.

Ternyata, dugaan kami salah 100%. Dia tidak tahu menahu tentang berbagai PR yang ada di sekolah. Jadi, sebagai akibatnya, dia dihukum  oleh guruku karena tidak mengerjakan PR. Saat itu, aku merasa sedikit agak bersalah. Waktu berlalu, hingga menjelang malam. Ayahku pulang dari kantor. Terus-terang saja, aku masih terganggu dengan perasaan bersalah. Ketika malam hari, di sela-sela makan malam, aku menceritakan kepada kedua orangtuaku. Si Alex dihukum gara-gara aku gagal memberikan informasi PR kepada dirinya.

Seperti biasanya, aku pun terkaget-kaget dengan cara berpikir ayahku. Intinya, ia mengatakan bahwa temanku ini seharusnya tidak ‘mempermudah’ hidupnya dengan hanya bertanya kepada satu teman saja. Tapi, dia harus mencari sumber informasi yang banyak, sehingga satu sama lain dapat saling melengkapi. Aku juga sedikit-sedikit menimpali, bahwa aku mempunyai banyak sekali nomor temanku yang dapat dihubungi.

Pada akhirnya, dalam simbiosis ini, kita tidak boleh menggantungkan diri pada satu bunga seperti kupu-kupu yang mencari madu. Kita juga harus mencari ‘bunga’ yang lain, agar informasi yang kita dapat bisa lengkap.


“Sebenarnya, belajar harus dimaknai secara luas. Belajar tidak boleh dipersempit hanya pada kemampuan membaca, menulis, menjawab soal, mengerjakan permasalahan di atas kertas. Belajar dalam arti sesungguhnya itu berwajah banyak. Tahu kepada siapa kita mesti mencari jawaban atas pertanyaan yang kita punyai adalah salah satu keterampilan yang perlu dipelajari. Kesalahan Alex adalah: dia terlalu menggantungkan dirimu. Mungkin benar, dirimu selama ini merupakan satu-satunya teman yang bisa diandalkan oleh dirinya. Namun yang istilahnya “terlalu” tetap tidak tepat. Mestinya dia belajar untuk percaya pada teman lain,” begitu papar Bapakku, seakan memberi kuliah tujuh menit! 

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT