Memilih Tetap Bahagia

Pada serial-serial terdahulu, kita sudah membahas tentang bagaimana berjalannya latihan drama yang tidak begitu menyenangkan. Singkat cerita, penampilan drama diundur sampai Hari Jumat, yang tentu saja sangat menyenangkan hati kami. Maka, tentu saja, kami berusaha untuk memperbaiki penampilan kami. Kedua teman kami yang membuat kami jengkel, tentu saja kami ajak. Kali ini, kita akan membahas bagaimana keadaan latihan GR, atau sering disebut sebagai Gladi Resik. Gladi dalam Bahasa Jawa berarti latihan atau rehearsal.  Resik itu adalah Bahasa Jawa dari “bersih.” Jadi, intinya, GR adalah latihan terakhir sebelum penampilan. Terlepas dari semua itu, tentu saja, kami sangat bersemangat untuk latihan, karena hari ini, tepatnya pada hari Kamis ini, adalah hari yang paling terakhir untuk berlatih drama.

Pada waktu itu, matahari sudah mulai condong sedikit ke arah barat. Bel pulang, di sekolahku pun berbunyi. Itu menandakan, bahwa kegiatan belajar mengajar sudah usai. Waktunya kami untuk pulang ke rumah. Tapi, pada hari itu pula, ada kelainan yang kami alami, terutama kelompokku. Kenapa? Karena, kami memutuskan untuk melakukan latihan drama di sekolah pada hari itu pula. Dalam sekejap, kami sudah menyiapkan diri di dalam kelas kami untuk latihan. Mengapa kami latihan di sekolah dan bukannya di rumah teman kami lagi? Ada beberapa alasan yang masing-masing ada kepentingannya juga.

Pertama, yang namanya Gladi Resik tentu ya latihan di tempat kita tampil. Sementara itu, kami, siswa-siswi kelas 6B SD Kanisius Kalasan, tentu saja menampilkan drama di kelas kami. Jadi, kami memanfaatkan kebebasan keluar masuk kelas untuk latihan di dalam kelas. Kedua, ada salah satu teman kami yang sedikit tidak bisa diajak berpikir. Ketika dia diberi tahu untuk latihan di salah satu teman kami, dia selalu tidak datang. Jadi, satu-satunya solusi adalah latihan di sekolah kami. Teman kami yang satu itu pasti tidak bisa beralasan untuk tidak berangkat. Jadi, kesimpulannya, kami berlatih di sekolah agar dapat latihan dengan baik, tidak seperti latihan-latihan pada serial sebelumnya.

Oke, intinya, kami dengan cepat mempersiapkan diri seadanya. Teman-temanku, semuanya jajan untuk mengisi kelaparan mereka. Aku? Aku tidak perlu makan, karena pada istirahat sebelumnya, aku sudah makan kenyang. Layak untuk dicatat, seperti yang pernah aku tulis sebelumnya, aku tidak pernah jajan, baik di kantin maupun di luar sekolah! Alasannya sederhana saja. Ibuku telah menyediakan bekal yang lebih dari cukup bagiku untuk konsumsi selama di sekolah. Begitu teman-temanku selesai jajan dan memakan makanan yang mereka beli, maka kami menuju kelas kami dan latihan dengan pelan, namun pasti.

Akhirnya, pada jam setengah tiga, kami menyelesaikan latihan drama yang paling terakhir itu. Kami sangat senang, karena pada latihan sebelum ini, kelompok kami belum begitu bisa. Nah, akhirnya, pada latihan kali ini, dan kebetulan juga latihan terakhir kami, kami dapat memainkan peran kami masing-masing dengan lancar. Begitu selesai latihan, kami langsung pulang ke rumah masing-masing, dan menceritakan latihan drama dengan versi kami sendiri sendiri.

Apa yang bisa dipelajari dari pengalaman kecil ini? Sederhana saja. Kami bisa berlatih bersama, sekalipun pernah ada “luka” yang pernah tercipta dalam kelompok kami. Sesederhana itu tampaknya. Namun, sebenarnya ada yang lebih rumit dari itu. Dalam latihan kelompok kami, tetap saja ada rasa dongkol. Namun rasa dongkol itu berhasil kami ubah menjadi rasa bahagia. Kami tentu punya alasan untuk marah dan kecewa. Untunglah, itu tidak kami pilih. Sebagai tim, aku bisa katakan, kami cukup solid. Kerjasama kami baik. Memang tidak sempurna. Tidak apa-apa. Yang jelas, latihan hari ini menjadi bekal untuk penampilan kami besok. Apakah rasa bahagia kami akan menjamin kami tampil baik? Nah, itu misterinya. Kita lihat besok saja lah. Kali ini, biarlah aku mensyukuri bahwa latihan di antara kami berjalan dengan lancar, baik, dan tetap membuat kami happy.


Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT