Meniti Keseimbangan
Pada serial sebelumnya, kita sudah membahas, betapa tidak
sempurnanya seorang manusia. Tidak ada yang namanya manusia sempurna. Manusia pun
akan selalu mengalami kesalahan. Namun kelebihan manusia adalah: ia adalah
makhluk yang mampu menyesali dan menertawakan diri sendiri. Di dalam cerita
ini, kita akan membahas lanjutan dari serial sebelumnya. Tentu saja, setelah
melakukan pertobatan atau penyesalan, seorang manusia akan melakukan aksi. Begitu
pula denganku, sama seperti kebanyakan orang yang mengalami pertobatan di dunia
ini. Namun, tentu saja, pada serial ini, kita akan mengkhususkan akan
pengalamanku, dan bukan atas pengalaman orang lain.
Pada waktu itu, hari sudah mulai menjelang siang. Biasanya,
tugasku setelah pulang sekolah antara lain menulis, bermain musik, dan
lain-lain. Namun, entah kenapa, pada waktu itu, semuanya agak berbeda. Mungkin
karena aku dalam masa pemulihan dari sakit masuk angin pada serial yang
terdahulu. Setelah pulang sekolah, aku langsung disiapkan oleh ibuku makanan
yang lezat. Karena tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, maka aku makan
dengan lahap sampai kenyang. Selesai makan, aku membuka laptop dengan niat
ingin membuat cerita. Anehnya, ketika membuka laptop, aku malah tidak mempunyai
ide untuk membuat cerita. Karena mengalami kesulitan yang agak berbelit, maka
aku menanyakan apa yang akan menjadi topik dalam cerita yang akan dipublikasikan
di blog kepada ayahku melewati salah satu perpesanan online.
Lebih anehnya lagi, pada waktu aku menunggu jawaban dari
ayahku, dia malah pulang lebih awal dari yang kami, aku dan ibuku, perkirakan. Dengan
begitu, aku berpikir dapat lebih enak ketika berinteraksi kepada ayahku. Tetapi,
ternyata, Dewi Fortuna tidak memberikan keberuntungannya bagiku. Memang, Dewi
Fortuna hanya sebuah legenda Romawi dan Yunani! Pada waktu itu, ayahku terlihat
capek. Memang, menurut pengakuannya, ayahku agak sakit pada waktu itu. Aku sempat
berpikir, apakah penyakitku menular? Tetapi, kejadian itu hampir tidak mungkin,
karena sakitku hanya karena sebuah kecerobohan saja.
Akhirnya, karena ayahku merasa agak tidak enak badan, maka
dia memutuskan untuk tidur. Dia juga mengajakku untuk tidur siang. Tidur siang
memang banyak manfaatnya. Dikutip dari sebuah konten di google, tidur
siang dapat meningkatkan daya ingat otak dan mengurangi stress. Namun, efeknya
bisa sangat berbeda bagiku. Mengapa? Sebelum serial ini ditulis, aku hampir
tidak pernah tidur siang ataupun sore. Jadi, tidur siang bagiku, terutama bagi
tubuhku, merupakan sistem kerja yang aneh dan asing. Apalagi, pada waktu itu,
tidur siangku kali ini bisa dibilang terlalu ekstrim. Aku tidur siang selama
sekitar dua jam!
Kesimpulan yang dapat ditarik dari serial kali ini
sebenarnya cukup sederhana. Jika kita ingin melakukan sesuatu, baik itu berguna
maupun untuk hiburan, hendaknya jangan sampai berlebihan. Apalagi jika sudah
bersangkutan tentang game. Game yang tidak tepat dapat membunuh jiwa dan
mental! Maka, pilihlah game yang baik dan benar untuk dimainkan. Tetapi, jangan
pernah mengira game yang baik dan benar boleh dimainkan secara berlebihan. Karena,
semua game itu hanya sebagai sarana hiburan saja.
Sebagai bentuk pertobatan, aku memang tidak menyinggung game
sama sekali. Aku dengan patuh mengikuti saran ayahku: ikut tidur siang. Namun,
tidur siang sampai dua jam berdampak negatif juga. Entah kenapa, kedua kelopak
mata cenderung tetap lengket. Entah kenapa pula, energi rasanya malah pergi
tanpa pamit. Rasa lemas begitu merajalela. Bahkan, untuk menggugah semangat
untuk menulis ini pun, perlu tenaga ekstra. Ide-ide yang biasa meluncur segar,
kali ini seakan menjauh dariku.
Nah, pelajaran yang bisa diambil tampaknya sederhana.
Melakukan sesuatu pada titik ekstrim. Sesuatu di sini bisa berarti positif atau
negatif. Keduanya sama-sama tidak baik. Tampaknya, yang paling baik adalah
keseimbangan dalam semua hal. Tampaknya juga, itu lebih mudah dituliskan
daripada dijalankan. Aku sangat paham. Sekalipun aku menuliskan ini, bukan
berarti bahwa aku sudah berhasil menjalaninya. Toh aku tetap manusia yang butuh
waktu untuk berkembang.
Comments
Post a Comment