Latihan Memimpin
Sebagai siswa Indonesia, kita patut untuk belajar dengan
tekun agar dapat menjadi generasi yang membanggakan Indonesia. Selain itu, kita
juga harus berani dalam menghadapi tantangan jaman sekarang, seperti game yang
terlalu memikat hati, ataupun tontonan televisi yang tidak mendidik. Yang
paling anti-mainstream, anak-anak
sekarang bahkan memulai kebiasaan buruk yang terlalu buruk, yakni merokok.
Kalian pasti sudah tahu, merokok adalah perbuatan yang sangat amat tidak
terpuji. Merokok dapat menimbulkan komplikasi penyakit, seperti ginjal, hati,
jantung, dan yang terpenting adalah paru-paru. Kenapa? Karena, dalam sebuah
rokok, terdapat berbagai racun dan bahan-bahan yang seharusnya tidak dihirup
maupun dikonsumsi oleh seorang manusia.
Dalam serial ini, kita akan membahas secara khusus beberapa
temanku yang kurang bertanggung jawab terhadap kewajibannya sendiri. Pada waktu
itu, hari sudah mulai pagi. Setelah bangun dari tidur yang nyenyak, aku pun
mandi, berganti baju seragam sekolah, meminum energen, lalu berangkat sekolah
dengan hati yang senang. Begitu sampai sekolah, beberapa menit kemudian, bel
sekolah tanda masuk kelas pun berbunyi. Beberapa anak yang tidak disiplin masih
masuk melalui gerbang samping sekolah. Tentu saja, mereka dihukum oleh wali
kelas masing-masing, karena ketidak-disiplinan mereka.
Ternyata, tidak sampai di situ saja. Di kelasku pun, masih
banyak anak yang tidak mengerjakan PR. Menurutku, itu sungguh keterlaluan.
Apabila tidak mengerjakan PR satu dua kali, itu mungkin masih dimakhlumi.
Namun, beda lagi apabila sudah tidak mengerjakan PR selama lebih dari dua kali.
Parahnya, setiap tidak mengerjakan PR, mereka ini dihukum. Dengan kata lain,
mereka menikmati hukuman! Akhirnya, karena sedikit putus asa, guruku menerapkan
sistem baru. Ada, masing-masing satu anak ‘teladan’ yang mengingatkan PR maupun
tugas yang akan diteliti kepada setiap satu anak yang ‘kurang teladan.’ Tentu
saja, sistem itu membuat mereka semakin manja dan malas untuk mengecek PR
sendiri. Namun, apa boleh buat? Toh, kalau dibiarkan, mereka juga tetap seperti
itu sifatnya.
Nah, kebetulan sekali, aku ditunjuk oleh guruku, untuk
mengingatkan salah satu temanku yang mempunyai sifat agak malas. Aku
menyetujuinya. Pertama-tama, aku tidak memikirkan dampaknya kepadaku. Tetapi
ternyata, dalam perjalanan waktu, tugas itu membuatku lebih teliti dalam
mengecek PR. Kok bisa? Karena, setiap aku memberitahu PR dan tugas yang akan
diteliti, otomatis, akupun jadi lebih terbantu untuk mengecek PR ataupun tugas.
Pertanyaan selanjutnya, kok sistemnya bisa menjadi seperti itu? Karena aku
tidak bisa menampik tugas memberitahu PR atau tugas tersebut. Jika aku lengah
sedikit, maka bisa jadi aku, akan disalahkan oleh temanku yang kuingatkan.
Itulah alasanku mengapa aku tidak menampik tugas tersebut.
Jadi, jika dipikir-pikir, tugas itu juga tidak terlalu jelek
bagiku. Apalagi, aku kan sudah terbiasa bertanggung jawab. Bahkan, dalam usiaku
baru akan mencapai tahun ke-12, aku sudah terbiasa untuk melakukan beberapa hal
untuk kepentingan yang lebih besar. Tiap hari Selasa dan Rabu, tepatnya jam
5.30 pagi, dengan diantar oleh kedua orang tuaku, aku akan bermain organ di
Gereja Kotabaru. Kalau dihitung-hitung, aku telah memberikan pelayanan lebih
dari 30 kali. Latihan bertanggung jawab tidak hanya soal urusan main musik. Aku
juga membangun kesepakatan untuk melakukan kegiatan menulis di blog ini.
Kesepakatan ini dibangun untuk membangun regularitas selama 50 hari
berturut-turut. Tiap hari aku sepakat dengan ayahku untuk bekerja sama. Tugasku
sederhana: menyusun draft tulisan sesuai dengan imaginasiku. Kalaupun tidak ada
ide, ayahku dipastikan akan turun tangan. Dengan senang hati dia akan
mengajukan pertanyaan atau mengusulkan idenya. Biasanya, tidak terlalu sulit
aku akan menangkap ke arah mana aku mesti mengarahkan tulisanku. Adalah tugas
ayahku untuk memberikan sentuhan kecil. Memberikan judul yang keren untuk
draft.
Adalah keuntungan bagi diriku: ayahku memberikan sentuhan
kepemimpinan dengan cara yang unik. Jadi aku tidak memiliki alasan untuk tidak
percaya diri saat diberi kepercayaan oleh guru maupun kepala sekolahku.
Comments
Post a Comment