Badak VS Orang Jepang

Liburan kali memang kami manfaatkan sebaik mungkin.  Dalam liburan ini pula, kami menemukan begitu banyak kegembiraan. Kami bermain, menulis, main musik.  Namun, sama halnya dengan hidup yang tidak mudah diprediksi, di tengah kegembiraan itu pun, ada-ada saja ketidakberuntungan. Nah, itu yang terjadi. Tentu saja, kalau aku menceritakan hal ini, bukan berarti kami mengeluhkan atas fakta bahwa kami mendapatkan ketidakberuntungan itu. Tidak sama sekali. Kami paham betul, antara senang dan sedih, antara puas dan kecewa, batasnya sangat sempit. Artinya, kami tidak perlu berlarut dalam kepedihan, dan bahkan dalam ketidakberuntungan, kami pun tetap bisa menikmati hidup. Ketidakberuntungan macam apa yang menghampiri kami? Tunggu sebentar lagi. Ini akan jelas seiring dengan untaian kata-kata berikut ini.

Kemarin sore, kami, tepatnya aku dan ibuku bermain badminton. Kali ini, aku akan bermain bersama ibuku  karena bapakku sudah masuk kerja. Kami bermain tidak di luar tanah pekarangan kami. Kami memilih bermain di depan rumah yang sempit itu. Aku, jujur, lebih suka bermain badminton di luar pekarangan rumah, karena di sana, tempatnya lebih luas dan dapat digunakan untuk latihan badminton. Namun, ibuku tidak PD alias percaya diri, untuk tampil di depan umum sambil bermain badminton.

Setelah beberapa menit bermain dengan ibuku, aku bosan karena tempat kami bermain badminton tidak luas, sehingga kami harus berhati-hati agar shuttlecock tidak keluar rumah ataupun tersangkut di atas atap bangunan. Karena bosan, maka aku tidak terlalu serius ketika bermain badminton. Untung saja, pada waktu yang sama, bapakku pulang, sehingga aku bisa mengajaknya bermain badminton di luar pekarangan rumah. Begitu bapakku aku ajak dengan semangat yang tinggi, bapakku berganti baju. Begitu ia selesai dengan urusan bajunya, maka, dengan semangat yang tinggi pula, kami berjalan dengan cepat menuju keluar rumah.

Begitu kami sampai di TKP, dengan segera, shuttlecock pun melayang-layang di antara kami, menandakan bahwa kami asyik bermain badminton. Tiba-tiba, di tengah permainan kami yang mengasyikkan itu, bapakku tiba-tiba menampakkan wajah yang mengagetkan diriku. Dari wajahnya, tampak kelihatan seringai kesakitan. Tangan kirinya memegangi leher sebelah kanan. Ternyata hunjaman smashnya terlalu keras. Tangannya yang jarang digunakan untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat sepertinya terlalu kaget. Bapakku menderita muscular strain atau kecethit tepat pada bagian bahu atas, yang tersambung ke bagian leher sebelah kanan.

Tentu saja, permainan menjadi terganggu, karena sakit tengeng di leher tentu saja lebih parah daripada telapak yang terkoyak (bisa dibaca di sini). Gara-gara bapakku menderita sakit tengeng, maka dengan terpaksa, permainan badminton yang mengasyikkan itu harus terhenti sampai di situ. Akibat lain dari tengeng adalah, apabila bapakku ingin melihat sesuatu di sampingnya, maka seluruh badannya harus ikut bergerak, yang tentu saja sangat menjengkelkan baginya.

Tapi, yang namanya bapakku, ia pasti akan menertawakan diri sendiri dan tidak akan mengeluh walaupun mukanya nampak bahwa ia menahan sakit. "Dengan gaya seperti ini, Bapakmu ini lebih mirip seperti seekor badak atau orang Jepang?" tanya bapakku berkelakar. Aku bingung mendengar kelakarnya. "Kenapa pilihannya bisa begitu?" tanyaku dengan penasaran. "Jadi," bapakku menjelaskan. "badak itu tidak bisa berbelok karena lehernya sangat kuat dan tidak lentur."
"Sedangkan," lanjut bapakku, "kalau orang Jepang memberi hormat kepada seseorang, mereka pasti membungkukkan seluruh badannya. Bapak kan keadaannya persis seperti keduanya. Sekarang, kamu pilih yang mana?"


"Mmmm, mungkin aku pilih mengolesi leher bapak pakai counterpain saja," jawabku. Aku pun mengambil counterpain itu, yang dengan segera, aku oleskan pada leher bapak yang sakit. Kami tidak bisa menahan tawa terlalu lama, kemudian, tawa kami tersembur dengan penuh kebahagiaan walaupun bapakku menderita sakit tengeng. Semoga bapakku segera sembuh dari tengengnya dan bisa menikmati permainan badminton lagi! 

Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT