Jentik-Jentik Nyamuk
Pada serial-serial sebelumnya, kita membahas tentang game digital.
Kali ini, kita tidak akan membahas hal yang sama. Kita akan membahas tentang perkembangan
yang mengganggu manusia. Pada waktu itu, sore hari sudah berganti malam hari. Aku
dan orangtuaku sedang makan malam. Setelah selesai, kami semua mencuci piring.
Tiba-tiba, setelah selesai mencuci piring, lampu di rumah kami padam. Begitu
pula lampu tetangga-tetangga kami. Rupanya, listrik mati di lingkungan sekitar
rumah kami.
Karena tidak ada kegiatan yang dilakukan ketika lampu padam,
maka kami sekeluarga tidur-tiduran. Begitu kami merebahkan diri kami di kasur, nyamuk
dalam jumlah banyak pun merongrong kami dan membuat kami terganggu. Untungnya,
kami mempunyai raket nyamuk, yang dengan segera, nyamuk-nyamuk di sekitar kami
diberantas oleh bapakku yang membawa raket nyamuk serta lampu senter. Tak lama kemudian, lampu pun nyala kembali, sehingga membuat
mata kami menjadi silau. Kami pun akhirnya tidur, melewatkan malam yang sunyi
itu.
Ternyata, nyamuk tidak tanggung-tanggung menganggu kami
sekeluarga. Pada malam berikutnya, waktu aku habis dari kamar mandi, aku sempat
mengamati bak mandi. Dan ternyata, sesuatu hal mengejutkanku. Di dalam bak
mandi, terdapat banyak jentik-jentik nyamuk. Aku langsung memanggil bapakku untuk
memberantas jentik-jentik itu. Dengan alat penyaring teh, yang bisa dibilang,
cara "anti-mainstream" untuk menangkap jentik-jentik nyamuk, kami dapat memindahkan
jentik-jentik nyamuk itu ke dalam gayung berisi air. Setelah kami hitung,
ternyata, jentik-jentik nyamuk itu berjumlah empat belas. Dengan segera, aku
menghanyutkan jentik-jentik itu ke dalam wc agar mati. "Untung Rio mengetahui
keberadaan jentik-jentik itu," kata bapakku sebelum kami tidur lagi.
Paginya, kami bangun dengan segar dan sehat. Sebelum pergi
ke Kali Kuning untuk membuat cerita bersama bapakku, aku penasaran, lalu
memeriksa bak mandi. Ternyata, ada hal yang mengejutkan. Ada dua jentik-jentik
yang tersisa dari hasil kami menyaring jentik-jentik nyamuk kemarin malam.
Tapi, setelah diteliti dan ditangkapi oleh bapakku, ternyata, jentik-jentik itu
berjumlah lebih dari dua, bahkan lima, belum ditambah jentik-jentik yang masih
terlalu halus, sehingga tidak bisa ditangkap begitu saja oleh bapakku.
Mengapa bapakku sepertinya mempunyai kegemaran untuk
menangkapi jentik-jentik maupun nyamuk? Kata bapakku, ia mempunyai dendam tersendiri
pada nyamuk. Pada waktu aku masih berumur 4 bulan, ayahku terserang penyakit demam
berdarah. Kita pasti mengetahui penyakit yang melegenda ini yang dapat mencabut
nyawa orang. Sekedar info, demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan karena
kita digigit oleh nyamuk Aedes Agyepti, yang tentu saja membawa virus demam berdarah.
Akibat penyakit itu, seluruh
sendi-sendi di kaki dan tangan bapakku ngilu-ngilu. Menurut bapakku, itu disebabkan
karena kurangnya haemoglobin di dalam tubuh, yang menghambat penyuplaian oksigen
ke seluruh tubuh. Kurangnya haemoglobin di dalam tubuh juga dapat mengakibatkan
darah menjadi kental. Omong-omong, bapakku sembuh, karena kondisi badannya yang
mendukung, dan selalu teratur meminum obat serta jus-jus yang menyehatkan. Diluar
semua itu, fakta-fakta yang kedengaran keren itu, hanya asumsi bapakku saja. Karena,
toh, kami bukan dokter yang tahu menahu tentang kesehatan.
Akhirnya, kami terpaksa membiarkan jentik-jentik yang masih
dalam perkembangan itu agar tumbuh lebih besar, sehingga kami dapat
menangkapnya dan menghanyutkan mereka ke dalam wc.
Inilah cerita yang aku buat di bantaran Kali Kuning. Menurut
bapakku, ini adalah cara cerdas untuk mengisi liburan kami yang sunyi. Selain
itu, stimulasi air mengalir dari Kali Kuning dapat membantu kami berpikir jernih
untuk menumpahkan ide kami yang tiada habis-habisnya ini.
Di bantaran Kali Kuning, kita menghabiskan waktu untuk menulis. Jarak kurang lebih 800m dari rumah yang kita susuri dengan jalan kaki, membuat kita bisa bebas berimajinasi. Kita memang membutuhkan konteks yang tepat untuk menumbuh suburkan daya imajinatif dan kreatif kita. Kebersamaan selama liburan ini membuat kita lebih mampu mengelola diri untuk menjadi lebih produktif. Ketika kita sudah membiasakan diri untuk menuliskan pengalaman macam ini, kita akan lebih siap untuk melibatkan diri dalam aktivitas lebih menantang. Aktivitas akademis yang berat pun dipastikan akan menjadi pengalaman dini, terlebih karena kita sudah membiasakan diri untuk menangani hal yang kompleks.
ReplyDeleteKali Kuning itu dimana ya? Mamaku selalu buang air air yang tidak dipakai di depan rumah.
ReplyDeleteKali Kuning memiliki hulu di Gunung Merapi. Alirannya turun membelah Sleman dan jalurnya paling mudah dikenali di sebelah timur Bandara Adisutjipto. Batas sebelah barat Dusun Kadirojo adalah Kali Kuning ini. Selanjutnya, aliran Kali Kuning ini memasuki wilayah Bantul dan kemana arahnya aku nggak tahu. Terimakasih telah berkomentar
Delete