Kelapa yang Gagal Bawa Bencana
Kita, dalam sehari-hari, pasti selalu mengalami hal yang
cukup menarik apabila diriset dan dijabarkan dalam suatu tulisan. Contohnya
pengalamanku pada saat aku dijemput oleh ibuku. Pada waktu itu, matahari masih
di ubun-ubun, tapi sedikit mulai condong ke arah barat. Tepatnya pada pukul 1.
Pada waktu itu pula, aku dijemput oleh ibuku dari sekolahanku ke rumah. Dengan
motornya, ibuku mengendarai motor dengan kecepatan tinggi bagaikan setan.
Apabila kalian tahu, ibuku, dahulu, dijuluki sebagai ‘pembalap MotoGP’ di desaku oleh ibu temanku.
Kenapa? Karena ibuku terkenal ngebut kalau
mengendarai motor. Namun, tentu saja, ibuku tidak sembarang mengebut. Ia selalu memperhatikan
keadaan sekitar apabila sedang mengebut.
Jadi, apabila ibuku itu ngebut ketika
mengendarai sepeda motor, ia selalu hati-hati. Kebetulan, hari ini sepi, jadi
ibuku bisa bebas mengebut, tanpa
kehilangan sikap berhati-hati.
Oke, lewati saja hal itu. Kembali ke pokok utama. Ketika
kami dalam perjalanan pulang, ada beberapa kejadian yang bisa kami tertawakan.
Waktu itu, kami pergi ke Pom Bensin. Bukan untuk mengisi bensin, namun untuk
mengambil uang dari ATM. Memang, biasanya, banyak di pojok-pojok Pom Bensin,
terletak mesin ATM. Ketika ibuku akan mengambil uang, ia menitipkan sarung
tangannya kepadaku. Kenapa? Karena, berinteraksi dengan mesin ATM lebih enak
dengan tangan kosong, daripada dengan tangan yang diselimuti oleh sarung
tangan. Ketika selesai, ia meminta sarung tangan dariku. Lalu aku baru sadar,
sarung tangan yang ibuku titipkan kepadaku menghilang entah kemana. Aku
mencari-carinya kemana-mana, namun pencarian itu tidak membuahkan hasil.
Tiba-tiba, ibuku melihat kejadian sangat lucu. Ternyata, sarung tangan itu
menyangkut di belakang bagian topiku. Bagaimana caranya bisa sampai begitu, aku
juga tidak tahu. Omong-omong, aku selalu membawa topi setelah pulang sekolah
untuk pelindung kepala dari sinar matahari.
Aku dan ibuku tertawa sepanjang perjalanan, mengingat hal
itu. Tetapi ternyata, masih ada lagi kejadian yang sangat lucu, namun apabila
dipikirkan benar-benar, itu bisa sangat mengerikan dan membahayakan nyawa. Jadi,
sewaktu kami akan sampai di Selokan Mataram, tiba-tiba, ada sebuah buah kelapa
yang menggelinding di sepanjang jalan. Untung saja, karena buah kelapa itu
jatuh dari sebelah kiri jalan, tempat orang menjual es degan, sementara kami
ada di sisi kanan jalan. Jadi, ibuku sempat mengurangi kecepatan motor. Lebih
untung lagi, di sisi kiri kami, ada sebuah motor, dikendarai oleh seseorang.
Jadi, ketika buah kelapa itu menggelinding, dialah yang terkena akibatnya.
Tentu saja, akibatnya bukan kecelakaan, karena kecepatan dia pelan namun
stabil. Orang penjual es degan memberikan isyarat minta maaf kepadanya.
Sementara itu, kami berjalan terus dengan rasa agak deg-degan. Tentu saja, seperti kita ketahui, buah kelapa bukan buah
kecil-kecilan seperti duku. Buah kelapa mempunyai tempurung yang tidak lunak.
Jadi, apabila sebuah motor menabrak buah kelapa dengan kecepatan tinggi, motor
akan oleng sebagai dampak dari menabrak benda keras. Penunggang sepeda motor
pun dipastikan akan jatuh menggelepar tanpa ampun.
Ini adalah kisah sederhana yang aku alami hari ini. Kisah
yang bisa jadi terkesan tanpa makna dan berlalu tanpa kesan. Mengapa kisah ini
perlu dituliskan? Alasannya sederhana saja. Kami, lebih tepatnya aku dan
ayahku, sudah membuat kontrak atau perjanjian. Perjanjian itu bunyinya
sederhana, namun dampaknya luar biasa. “Dalam waktu 50 hari berturut-turut,
telah disepakati untuk menyusun tulisan pendek, berisi pengalaman hidup
sehari-hari, dengan jumlah kata minimal 500 kata.” Nah, perjanjian itu lah yang
mengikat kami. Terus-terang, ada banyak godaan bagi diriku untuk kadang merasa
tidak nyaman untuk menulis. Namun, entah kenapa, Bapakku memiliki 1001 cara
untuk membuatku menulis. Misalnya, begitu bangun pagi, aku dikejutkan oleh
tulisan panjang lebar di WA-ku. Setelah aku check, ternyata Bapakku menuliskan
pengalaman hidupnya. Tulisan itu panjang, dan dia tulis ketika jam menunjukkan
angka 00.17. Artinya, Bapakku bangun tengah malam, hanya untuk menuliskan pesan
agar aku tetap setia menulis! Jadilah, aku berlatih untuk mengambil
potongan-potongan pengalaman kecil untuk aku tulis.
Comments
Post a Comment