Cari Kucing
Pada waktu itu, hari Minggu pagi menjadi kegembiraan tersendiri
bagiku. Kenapa? Ada tiga alasan. Pertama, karena aku akan bertemu saudara
sepupuku di daerah Godean. Kedua, di sana, tentu saja, kami akan bermain
bersama-sama. Dan yang terakhir, kami bisa gembira bersama-sama, merayakan
kesenangan kami. Di sana, ayahku akan meminjam salah satu motor saudara
sepupuku untuk mengunjungi nenekku yang ada di daerah Pegunungan Menoreh.
Dengan kecepatan penuh, mobil kami melaju ke arah Godean. Di jalan, kami banyak
bertemu dengan orang yang berplat di luar Jogja. Karena pada hari ini adalah
hari keempat Lebaran, maka dapat dipastikan mereka sedang menikmati liburan
atau perjalanan kembali ke kota mereka bekerja. Bahkan, kami menemui mobil yang
berplat BH, yang berarti dari Jambi, terletak di pulau sebelah, tepatnya Pulau
Sumatera.
Sesampai di rumah saudara sepupuku, kami memberikan kejutan
bagi mereka. Kami memang sengaja tidak menberitahu mereka agar kedatangan kami
menjadi semacam kejutan bagi mereka. Kami langsung dipersilahkan masuk ke dalam
ruang tamu dan duduk di sana. Pelbagai macam hal yang dibicarakan oleh
orangtuaku dengan budhe dan pakdheku. Aku tentu saja bosan, begitu pula saudara
sepupuku. Kami, dengan tatapan mata, sudah sepakat bahwa kami akan bermain.
Seolah mengerti pikiran kami, pakdhe ku berkata, "Ayo Rio, main bola
basket." Fandi, salah satu saudara sepupuku, berkata pada pakdheku yang sekaligus
ayahnya "Bolanya di mana?" "Di dalam," jawab pakdheku
singkat. Saudara sepupuku itu, mengambil bola basket, dan dengan segera, kami
asyik bermain bola basket.
Kami tidak hanya bermain bola basket, namun juga bermain
kucing-kucingan. Kami berhompimpa, untuk menentukan siapa yang jadi kucing. Ternyata,
yang jadi kucing pertama adalah Mbak Ivo, salah satu saudara sepupuku yang
lainnya. Begitu ditentukan, ia akan berdiri di tengah, sementara kami, aku dan
kedua saudara sepupuku yang lainnya, melingkari dia. Bola basket yang dilempar
dari orang ke orang harus berusaha ditangkapnya. Kemudian, apabila ia sudah berhasil
menangkap bola itu, yang jadi selanjutnya adalah yang terakhir memegang sebelum
Mbak Ivo. Kami semua cukup jago melempar, sehingga Mbak Ivo harus kesusahan
untuk menangkap bola yang dilempar dari sisi ke sisi. Namun tentu saja, siklus
akan berputar, sehingga ada saja orang yang berganti-gantian menjadi
"kucingnya."
Tentu saja, apabila kami bermain kucing-kucingan selama seharian
penuh, kami akan merasa bosan. Kami berpikir, apa yang akan kami mainkan setelah
bermain bola. Tapi, pakdhe, budhe, dan ibuku mengajak kami duduk terlebih
dahulu dan minum serta makan-makanan ringan seperti roti kecil. Kami, aku dan
ketiga saudara sepupuku, menuruti kata orangtua kami masing-masing, dan duduk manis
di kursi. Keringat membasahi badan kami, karena aktivitas kami yang penuh aksi.
Sementara itu, bapakku sudah pergi ke Pegunungan Menoreh untuk merayakan Syawalan
bersama keluarga besarnya. Syawalan adalah acara yang dibuat khusus untuk memungkinkan
sanak saudara bertemu, bersilaturahim dan saling memaafkan. Itu adalah tradisi
yang sangat bagus dari Budaya Indonesia, atau lebih tepatnya tradisi yang dijalani
oleh saudara-saudara Muslim. Kebetulan, keluarga besar bapakku beragama Islam. Terlepas
dari perbedaan agama dalam keluarga besar itu, tidak ada gesekan antar agama di
dalam keluarga besar ini.
Oke, kembali ke kami berempat. Sesudah menikmati snack dan
minum, serta istirahat sebentar, akhirnya, pelan-pelan, tenaga kami sudah
terisi kembali untuk bermain setelah beristirahat.
Setelah tenaga kami benar-benar terisi, Mbak Ivo mengajak
kami untuk bermain sepeda. Tentu saja, kami semua menanggapi ajakannya.
Bagaimana petualangan kami saat bermain sepeda? Saksikan kelanjutannya di seri selanjutnya.
Liburan Lebaran memang memiliki makna yang mendalam. Melalui perjuangan untuk sampai rumah, bertemu sanak saudara, dan mengangkat memori lama di masa lalu, menjadikan kita jauh lebih manusiawi. Kesadaran macam ini belum lama kita punyai. Dulu, kita mengira liburan Lebaran dengan melakukan banyak pengorbanan tidak lebih dari sebuah kesalahan. Namun, pengalaman macam itu pun tergantikan oleh pengalaman baru. Tahun 2012 kita melakukan perjalanan panjang Yogyakarta - Cilegon pos hanya dalam waktu empat hari. Bagi seseorang yang baru latihan nyopir, itu adalah pengalaman heroik yang luar biasa. Pengalaman itu membuat kita membuat kita lebih bisa menghargai perjalanan pulang ke kampung halaman. Oleh karena tidak terlalu salah bahwa kegiatan Swalayan di Pegunungan Menoreh sungguh mengesan. Di situ ada perjumpaan dengan keluarga besar. Di situ ada makna persaudaraan. Di situ keluarga menemukan arti yang sesungguhnya .
ReplyDeleteKreatif dan mulai terstruktur
ReplyDeleteTerimakasih telah mampir dan memberi apresiasi atas tulisanku. Jangan hanya sekali ya mampirnya. Makasih
DeleteKreatif dan mulai terstruktur
ReplyDelete