MPU (Main Petak Umpet)

(lanjutan dari seri yang pertama)

Kami bertiga segera keluar untuk mengambil sepeda. Mas Andra tidak ikut, karena dia lelah. Aku, tentu saja, meminjam sepeda mereka. Begitu kami menaiki sepeda kami masing-masing, dengan segera, kami melaju pelan-pelan ke arah rute jalan kami. Berbagai hal mengasyikkan kami alami pada waktu itu, mulai dari kelucuan kami saat saling bercerita, sampai perilaku kami yang aneh, sehingga kami sendiri tertawa sendiri karenanya. Kadang-kadang, kami pulang dulu ke rumah untuk istirahat dan minum, lalu berangkat ke rute yang berbeda, sehingga kami tidak cepat bosan. Namun, cepat atau lambat, kami tentu saja capek dan akhirnya berhenti berpetualang. Begitu sampai rumah, kami langsung memarkirkan sepeda kami. Kami berpikir untuk kesekian kalinya, permainan apa yang akan kami lakukan selanjutnya.

Lalu, saudara sepupuku mendapatkan ide permainan petak umpet. Ya, permainan itu memang akan sangat menyenangkan. Namun permasalahannya, kami hanya bertiga. Ketika kami mengajak Mas Andra, ia tidak mau. Maka, tentu saja, kami harus mencari pemain lain, supaya permainan petak umpet itu lebih seru. Namun, karena kami kehabisan ide untuk menambah pemain, karena di rumah tidak ada anak lain yang bisa diajak bermain, maka kami memutuskan untuk bermain bertiga. Ketika kami keluar, ternyata, ada suatu kejutan yang menyenangkan hati kami.

Ketika kami akan berhompimpa, ada sepeda yang lewat. Sepeda itu dinaiki oleh dua orang anak. Yang satu mengendarai sepeda, berkaos hijau tua dan agak gemuk, di belakangnya, ada anak kecil kurus berkaos oranye. Fandi, atau lebih etis kupanggil Mas Fandi memanggil mereka dan mengajak mereka bermain petak umpet bersama kami. Kedua anak itu tentu saja tidak aku kenal, karena berasal dari desa yang jauh dari desaku. Mungkin mereka adalah teman salah satu saudara sepupuku. Beberapa menit kemudian, kami sudah asyik bermain petak umpet itu. Banyak tempat yang dapat dipakai untuk bersembunyi, yang membuat permainan itu menjadi lebih asyik lagi.

Belum lama kami bermain, langit sudah mulai mendung, dan gerimis pun turun ke atas bumi. Dengan segera, kami semua berteduh di bawah plafon rumah. Akibat gerimis yang dipastikan akan segera menjadi hujan lebat, kami menjadi semakin bingung akan bermain permainan apa. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunggu keadaan dahulu. Siapa tahu, gerimis itu akan tersingkir, dan cahaya matahari bersinar kembali. Ternyata, kali ini, cuaca membaik, sehingga kami dapat bermain kembali. Namun, kami tidak akan melanjutkan permainan petak umpet kami. Kami sudah bosan bermain petak umpet. Dan akhirnya, kami mendapatkan ide yang sangat bagus untuk diterapkan.

Tentu saja, kami akan bermain kucing-kucingan kembali. Namun kami tidak hanya bertiga. Dua anak yang tadi ikut main petak umpet ternyata juga tidak segan bermain kucing-kucingan di luar rumah. Beberapa menit kemudian, bola basket sudah melambung, kesana kemari, dimainkan oleh kelima anak dengan hati yang berbunga-bunga.

Hari beranjak sore. Kedua anak tadi, tentu saja, pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja, kami bertiga tidak melanjutkan kembali permainan itu. Kami beristirahat di dalam rumah sambil minum air putih. Tak lama kemudian, bapakku pulang ke rumah saudara sepupuku itu untuk menjemputku dan ibuku pulang ke rumah kami. Begitu mengasyikkan, liburan kami.


Comments

Popular posts from this blog

Ngenol Bikin Dongkol

Teknisi Correction Tape

Matahachi, sang Lemah Hati #05 - TAMAT