Hadiah Pilih Sendiri
Hari ulang tahun memang menjadi sebuah hal yang istimewa
bagi setiap orang yang sedang mengalaminya. Itupun terjadi pada keluarga kami.
Namun, tidak seperti sewajarnya, kami jarang merayakan ulang tahun salah satu
anggota keluarga kami dengan cara yang super-heboh. Dan, selama ingatan kami,
kami hanya pernah merayakan ulang tahunku sekali dalam seumur hidup. SEKALI. Bayangkan.
Ketika kebanyakan cenderung berpesta, berhura-hura, merayakan ulang tahun
mereka, kami cenderung memilih melakukan
kegiatan yang lebih sederhana. Kami hanya saling mengucapkan selamat ulang
tahun, secara bermakna, kepada kami masing-masing, lalu lewat. Kami hanya
merayakan ulang tahun lewat perkataan. Tidak lebih dan tidak kurang.
Namun, dalam cerita ini, kita akan membahas, betapa
menyenangkan kesederhanaan penyampaian selamat ulang tahun melalui pesta
kecil-kecilan saja. Begitu pagi menjemput, dan kesadaranku mulai pulih, Bapak
membisikkan sesuatu di telingaku, “Ayo, sampaikan ucapan selamat pada Mama yang
ultah hari ini.” Ya, dengan sekejap, aku pun segera memeluk Ibuku yang masih
terbaring di sampingku. Pagi hari itu
ditandai dengan umur ketiga puluh delapan ibuku. Pagi penuh kebahagiaan,
tercermin dari wajah Ibuku yang cerah. Lewat hp-nya, semua saudara ibuku
menyelamatinya. Mereka menyampaikannya dengan tertawa-tawa dan bercanda bersama
ibuku, yang tentu saja, membuat gembira hati ibuku. Tanpa perayaan yang khusus
pun, ibuku pun sudah bahagia.
Sekilas tentang ulang tahun ibuku. Ibuku memang wanita
istimewa, setidaknya bagi kami berdua. Kami dalam hal ini adalah aku, anaknya,
dan Bapakku, yang tentu saja adalah suami dari ibuku. Ibuku lahir pada tanggal
yang istimewa. Mengapa? Hari kelahirannya dirayakan oleh segenap anak-anak
se-Indonesia! Ya, karena tanggal lahirnya 23 Juli. Bayangkan, seorang ibu
dengan kesederhanaan seperti itu, ternyata mendapatkan keistimewaan untuk dirayakan
seluruh anak di Indonesia!
Terlepas dari tiadanya perayaan yang luar biasa, kami
sebenarnya membuat rencana khusus. Kami, tentu saja, tidak akan merayakan ulang
tahun ibuku dengan balon-balon yang berterbangan, ataupun kue-kue yang
menggiurkan. Namun, kami akan mengajaknya, ‘berpesta’ dengan cara kami sendiri.
‘Berpesta’ cara kami tidak ribet kok. Kami hanya akan makan malam di luar,
sebagai ikon untuk perayaan ulang tahun. Itu saja. Intinya, kami akan makan
malam di luar rumah. Dan menu yang akan kami makan adalah……..
Pizza. Yup. Jika mendengar soal itu, maka kita akan
terbayang harga pizza yang mahal, biaya pengeluarannya, namun kelezatannya yang
setimpal. Pizza yang akan kami makan tidak begitu jauh dari deskripsi itu. Namun,
soal harga yang mahal, sepertinya kurang tepat? Kenapa? Karena, ketika kami
merayakan ulang tahun ibuku, kedai pizza sedang mengadakan promo tertentu. Jadi,
biaya yang kami keluarkan tidak sebegitu banyak seperti biasanya. Kedai apa
itu? Tampaknya, tidak terlalu etis untuk menyebut namanya di sini. Soalnya,
cerita ini dibuat tanpa mendapatkan tips dari kedai pizza tersebut. Namun, agar
tidak terlalu bikin penasaran, kedai ini berada di utara Tugu Jogja.
Begitu kami sampai di kedai, kami langsung memesan pesanan
kami masing-masing, dan menunggu agak lama. Nampak, bahwa wajah ibuku yang
cantik itu, makin cantik saja, karena rasa berbahagia tercermin di wajahnya. Nada
bicaranya menyenangkan, sehingga membuat kami semua ikut berbahagia bersamanya.
Begitu pesanan pizza datang, kami makan
dengan lahap. Dua loyang pizza habis dalam sekejap, yang tersisa hanya
kekenyangan dan kebahagiaan kami berempat. Dengan segera, ayahku membayar biaya
yang kami keluarkan, sementara aku, ibuku, dan kakak sepupuku pergi ke mobil
untuk menunggu.
Itu lah perayaan ultah kecil-kecilan. Tidak ada hadiah khusus untuk Ibuku. “Soal hadiah ultah, silahkan Mama pilih
sendiri ya,” sahut Bapak sembari menekan pedal gas. Untuk hal ini, tampaknya
Bapakku ini adalah suami yang tidak romantis sama sekali! Tidak pernah dia
memberikan hadiah khusus untuk Ibuku, bahkan pada waktu ultah sekalipun!
Memang, Bapakku memiliki rumus sederhana dalam mengelola ekonomi. Sebagai single breadwinner di keluarga, Bapakku
menyerahkan apapun yang diperolehnya kepada sang akuntan keluarga, yang tidak
lain adalah Ibuku. Tentu, Ibuku memiliki kebebasan penuh untuk mengelola uang,
termasuk dalam mengalokasikan dana untuk hadiah ultah bagi dirinya.
Comments
Post a Comment